Tahu berapa jumlahnya? Ada 10 medali, terdiri dari dua emas, dua perak, dan enam perunggu. Untuk kategori tim/kelompok, delegasi Indonesia berhasil meraih satu emas (champion), dua perak, dan dua perunggu. Sedangkan untuk kategori individu, Indonesia memperoleh satu emas atas nama Felicia Grace Angelyn Ferdianto dari SD Cahaya Nur, Kudus. Satu medali perak atas nama Yedija Nicholas Kurniawidi dari SD Karangturi, Semarang.
Empat medali perunggu diraih oleh Ahmad Fikri Azhari (SD Muhammadiyah Plus, Batam); Mafazi Ikhwan Dhandi Hibatullah (SDS Al Furqon, Jember); Matthew Allan (SDS Kristen 10 Penabur, Jakarta); dan Ryan Suwandi (SDS Tzu Chi, Jakarta). Dan lima orang siswa lainnya mendapatkan penghargaan merit (harapan) dalam kompetisi yang diikuti 28 negara tersebut.
"Artinya kita tidak boleh pesimistis. Anak-anak ini sudah membuktikan bahwa kita juga mampu bersaing di kancah internasional," kata Direktur Pembinaan Sekolah Dasar, Khamim, saat menyambut kedatangan delegasi BIMC di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, pekan lalu.
Yedija Nicholas Kurniawidi (12) jelas senang dan bangga bisa mempersembahkan medali perak dalam kategori individu. Kata Yedija, medali emas yang diraih tim adalah kerja sama yang baik bersama tiga orang anggota kelompok lainnya.
"Dari kecil aku memang suka matematika. Serunya matematika itu tantangannya memecahkan soal, mencari caranya," kata siswa yang dipanggil Jade ini.
Sedangkan peraih medali emas individu, Felicia (12) kaget dengan prestasi yang dia dapat di ajang bergengsi tersebut. Memang sih, BIMC bukan kompetisi internasional pertama buat Felicia. Namun tetap saja, Felicia tidak mengira akan mendapatkan medali emas.
Ibunda Felicia, Lisa Triana mengakui kalau putrinya ini memang tergila-gila dengan matematika sejak kecil. Bakat dan minat Felicia ketahuan sejak Taman Kanak-kanak saat memenangkan lomba di tingkat kabupaten.
"Dia cita-citanya jadi guru. Saya fasilitasi saja. Yang penting dia kalau nanti jadi guru ya mengajar dengan hati," tutur Lisa.
Sekarang, yang perlu dijaga adalah pembinaan berkelanjutan. Jangan sampai siswa-siswa jenius ini tidak termonitor dengan baik oleh pemerintah. Termasuk juga memburu siswa-siswa lain yang berpotensi berprestasi
"Tantangan bagi guru untuk bisa memancing potensi siswa yang selama ini terpendam," ungkap Dosen Universitas Negeri Jakarta yang menjadi salah satu pendamping delegasi BIMC, Ibnu Hadi
Penerapan kurikulum 2013 dan biasa mengerjakan soal-soal penalaran tingkat tinggi dirasa sudah tepat dan perlu dijaga konsistensinya. "Yang penting kita kontinu dan terus dievaluasi. Kita harus mencari pembanding di negara lain, kalau bisa sama, atau bahkan bisa lebih. Kuncinya memang di guru," jelas Ibnu.
Adik-adik yang bikin bangga negeri ini (Foto: Kemendikbud)