Pelatihan perang tersebut dinamakan Vostok-2018 (Timur-2018) dan akan dilangsungkan di wilayah-wilayah militer tengah dan timur Rusia. Pelatihan juga akan diikuti hampir 300.000 prajurit, lebih dari 1.000 pesawat militer, dua armada Angkatan Laut Rusia serta seluruh unit Angkatan Udara.
Pelatihan perang akan berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat antara negara-negara Barat dan Rusia, yang khawatir soal pengembangan persekutuan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sisi baratnya, yang dianggap Rusia tidak bisa dibenarkan.
NATO mengatakan, pihaknya telah meningkatkan kekuatan di wilayah Eropa Timur untuk mencegah kemungkinan Rusia melancarkan aksi militer setelah Moskow mencaplok Krimea--milik Ukraina--pada 2014 serta mendukung pemberontakan pro-Rusia di Ukraina Timur.
Ilustrasi (Twitter @@vincentmenezes)
Pelatihan perang yang akan berlangsung dari 11 September hingga 15 September itu mungkin menjengkelkan Jepang. Negeri matahari terbit itu sudah menyampaikan keluhan mengenai keadaan tersebut, yang dikatakannya sebagai pembangunan militer Rusia di kawasan Timur Jauh. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan menghadiri sebuah forum ekonomi di Vladivostok pada saat yang sama.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu bilang, pelatihan perang tersebut merupakan yang terbesar yang digelar Rusia sejak pelatihan militer Soviet, yang dinamakan Zapad-81 (Barat-81), pada 1981.
"Dalam beberapa hal, pelatihan perang (Vostok-2018, red) akan mengulang aspek-aspek Zapad-81, tapi dengan skala yang lebih besar," kata Sergei Shoigu, seperti dikutip Antara, Selasa (28/8/2018).
Kementerian Pertahanan Rusia telah mengatakan bahwa kesatuan-kesatuan militer China dan Mongolia juga akan ambil bagian dalam pelatihan perang tersebut.
Juru bicara NATO Dylan White mengatakan Rusia pada Mei telah mengabarkan persekutuan itu soal rencana pelatihan perang itu dan NATO berencana memantaunya.