Jakarta, era.id - Tangan Redy terus mendekap foto seorang perempuan. Wajahnya sendu dan terlihat lelah. Perempuan dalam foto itu adalah adiknya, Putri Puspita, salah satu penumpang pesawat nahas Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Bekasi, Jawa Barat pada Senin pagi (29/10). Bersama sang ibu, Redy terus mencari keberadaan Putri.
Redy yang tinggal di Pondok Cabe bercerita, Putri pergi ke Pangkal Pinang untuk mempresentasikan produk alat kecantikan dari perusahaan tempatnya bekerja. Menurut Redy, Putri belum sampai satu bulan bekerja di perusahaan tersebut. Mata Redy menerawang jauh saat ia menceritakan komunikasi terakhir yang ia jalin dengan adik kesayangannya.
"Putri ini pergi sendiri dinas dari kantor. Berangkat ini jam 04.00 WIB dan kita serumah enggak ada yang tahu," kata Redy saat ditemui wartawan di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (30/10/2018).
Redy bilang, kepergian Putri ini di luar kebiasaannya. Karena adik perempuannya itu sama sekali tak pamit dan bahkan mengurus perlengkapan yang akan dibawanya sendirian. Ini sangat berbeda dengan kebiasaan Putri yang biasa meminta sang ibu membantu membereskan perlengkapan yang akan dibawanya.
"Adik saya ini kalau mau pergi biasanya minta mama buat siapin perlengkapan. Biasanya dia bakal bilang, ‘mama, aku besok mau pergi ke sini. Siapin baju-baju aku, pakaian, makanan, atau obat aku.' Ini enggak. Biasanya juga seminggu sebelumnya juga akan cerita. Ini sama sekali enggak bilang, pulang pergi biasa aja tanpa persiapan apapun," tutur Redy.
Sembari terus memegang foto adiknya, Redy juga bercerita bahwa dirinya sempat memarahi sang adik lewat telepon, sebab beberapa saat sebelum keberangkatannya, Putri diketahui pergi hingga larut malam.
Alih-alih menunggu adiknya pulang, saat itu dirinya malah tertidur dan bahkan tak tahu kalau Putri ternyata sudah berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta dan bertolak menuju ke Pangkal Pinang. Tapi, ia tak berpikir macam-macam dan tetap beraktivitas seperti hari-hari biasanya.
Putri, korban meninggal kecelakaan Lion Air JT 610
Firasat tak enak muncul dari sang ibu. Kata Redy, ibunya sempat merasa khawatir sebab hingga sekitar pukul 09.00 WIB, anak perempuannya itu masih belum bisa dihubungi.
"Ibu saya kemudian telepon, ‘mas, ini Putri masih belum bisa dihubungi’. Kemudian saya bilang, mungkin masih di pesawat namanya di pesawat kan enggak bisa mainan HP," tuturnya menggambarkan kekhawatiran sang ibu.
"Begitu saya sampai kantor, istri saya telepon, ‘coba deh kamu nonton TV sekarang juga. Udah nonton aja jangan banyak tanya’. Begitu saya nonton pesawat menuju Pangkal Pinang, Lion Air dikabarkan jatuh," ungkap Redy.
Awalnya, Redy merasa tak yakin adiknya ada di dalam pesawat nahas. Redy pun menghubungi seluruh anggota keluarganya yang lain, mencari kemungkinan seseorang menyimpan data penerbangan Putri. Kemudian, Redy menghubungi kekasih sang adik yang ternyata memiliki foto tiket pesawat Putri. Hasilnya, benar saja.
"Pas dilihat ternyata JT 610. Ya sudah, kita mau bagaimana lagi. Cuma saya positif thinking-nya mungkin beda kali. Tapi begitu di televisi keluar data penumpang, Putri terdaftar di nomor 119 dengan nama Puspita Putri. Kok enggak ada Eka-nya? Kan namanya Puspita Eka Putri. Tapi yang di tiket semua sama detailnya,” ungkap Redy.
Setelah mengetahui nama Putri ada di dalam manifest, Redy dan sejumlah anggota keluarganya yang lain langsung mendatangi RS Polri Kramat Jati dan menanyakan apa saja yang diperlukan oleh pihak rumah sakit. Redy juga menyebut, ibunya sudah melakukan pengambilan sampel DNA yang akan dicocokkan dengan jenazah para korban yang ditemukan.
"Semuanya sudah, mama tadi yang ngelakuin. Dites ambil liur, sama minta rekam gigi, sama minta rekam medis. Terakhir, kalau enggak ada, sisir atau baju yang dipakai. Kebetulan, baju terakhirnya masih ada di kasur,” jelas Redy.
Kini ia hanya menginginkan adiknya dapat segera ditemukan. Redy hanya ingin kepastian soal nasib adiknya. Laki-laki berperawakan tinggi dengan potongan rambut pendek itu juga meminta seluruh pihak untuk berdoa untuk para korban dan keluarga korban agar bisa mengikhlaskan kepergian anggota keluarganya.
“Ini sudah Allah yang menentukan. Kita cuma berdoa aja minta yang terbaik dan kalaupun adik kami meninggal, semoga meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Dia kan berjihad, bekerja untuk keluarga. Kalau pun masih ada tolong kami dipertemukan dalam keadaan sehat,” tutupnya.