Menjaga Asa Populasi Badak Sumatera

| 20 Jan 2018 15:42
Menjaga Asa Populasi Badak Sumatera
Jakarta, era.id - Indonesia punya dua jenis spesies badak, Badak Jawa dan Badak Sumatera. Tapi ada kabar buruk. Dan sudah sewajarnya kita harus bersedih karena keberadaan mereka terancam tinggal kenangan.

WWF Indonesia menulis kalau Badak sumatera adalah badak yang punya ukuran terkecil dibanding semua sub-spesies badak di dunia. Tidak ada informasi pasti mengenai jumlah populasinya, meski ada yang menyebut kurang dari 300 ekor. Tapi indikasi di lapangan, jumlah populasi sebenarnya bisa lebih rendah dari perkiraan. Tak heran, hewan ini masuk klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).

Makanya, pemberitaan kelahiran Andatu dan Delilah, anak dari pasangan badak Andalas dan Ratu begitu disambut sukacita. Mereka berdua membetot perhatian tidak hanya nasional, tapi juga dunia. Andatu lahir 23 Juni 2012 lalu. Menyandang rekor Badak Sumatera jantan pertama yang lahir di penangkaran semi alami dalam 124 tahun terakhir di Asia. Sedangkan Delilah, adalah badak betina yang lahir 12 Mei 2016. Nama Delilah sangat spesial karena diberikan langsung Presiden Jokowi.

 

Badak yang juga disebut badak gondrong ini populasinya tersebar di beberapa habitat. Tidak seperti Badak Jawa yang terkonsentrasi di satu titik. Alhasil, persentase reproduksi Badak Jawa jauh lebih besar dibanding kerabatnya itu.

"Meski jumlah Badak Jawa lebih sedikit ketimbang Badak Sumatera, namun dengan terfokusnya populasi mereka, akan memudahkan untuk kawin dan masih ada harapan bertambahnya jumlah populasi. Sementara, Badak Sumatera, mereka tersebar, jadi susah untuk dipertemukan dan kawin, memerlukan waktu," terang Country Director Wildlife Conservation Society (WSC), Noviar Andayani yang ditemui usai Pameran Seni Badak Sumatera: Harta Tersembunyi Indonesia, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Jumat (19/1/2018).

Selain faktor itu, Badak Sumatera yang punya karakter 'moody' untuk reproduksi, juga jadi alasan mengapa penting untuk menjaga kelangsungan populasinya. Untuk bereproduksi, hanya bisa dilakukan dalam waktu tertentu. Si betina cuma mau didatangi pada empat hari tertentu. Bukan itu saja, hanya akan ada satu hari tertentu si betina mau menerima pejantan, selain itu pasti ditolak.

Sebagai herbivora, badak yang memiliki nama latin Dicerorhinus sumatrensis ini biasanya memakan pucuk, ranting, rotan dan palem. Mereka juga disebut gemar berkebun dan menanam, sebab bisa ikut menyebarkan biji-bijian tanaman hutan, akibat proses makan dan jelajahnya. Sebagai hewan yang pemalu, mereka lebih memilih jalur hutan yang rapat.

Dalam pameran ini, Tim Badak mengajak beberapa seniman nasional dan internasional, seperti Naela Ali, Reza Mustar (komikazer), Rian Riyadhi (The Popo), Diella Maharani, dan beberapa seniman Walt Disney, seperti Joe Rohde, Zsolt Hormay, dan Morgan Richardson.

"Selain membaca tulisan yang diberikan Tim Badak, saya juga melakukan riset online, dan dari situ muncul ide kreatif untuk membuat karya," kata Azer, sapaan akrab Reza Mustar, yang memamerkan karya dengan judul Life. Di dalam keterangan karyanya, ia menambahkan, 'Manusia membunuh untuk estetika, mitos, gengsi dan bersenang-senang. Membunuh hidup dan juga membunuh hak generasi mendatang untuk melihat badak. Hidup. Badak.'

Jika mau kenal lebih dekat dengan badak ini, kamu bisa datang ke pameran yang berlangsung hingga 21 Januari besok. Selain pameran, akan ada dongeng untuk anak-anak, dan pemutaran film dokumenter. (Fathurrozak Jek)

Infografis (Yus/era.id)

Tags :
Rekomendasi