Namun, menurut Amanullah, langkah ini --mogok kerja sementara-- diambil para dokter sebagai bentuk protes terkait minimnya alat pelindung diri (APD) di rumah sakit.
Dari cerita Amanullah, sebanyak 60 dokter termasuk dirinya mendapat kekerasan dari aparat kepolisian. Mulai dari dipukul pakai tongkat, dipentung senapan AK-47, diseret dan dilempar ke dalam truk.
Bahkan setelah mendapat kekerasan, beberapa dokter dijebloskan ke penjara di Quetta, wilayah Balochistan. Meski akhirnya dibebaskan pada tengah malam di hari Selasa (7/4).
"Pada awalnya saya berpikir, bagaimana polisi dapat menggunakan kekerasan terhadap pejuang garis depan COVID-19 ketika beberapa hari yang lalu petugas yang sama memberi hormat kepada kami untuk memimpin selama pandemi?" kata Amanullah seperti dikutip dari The Guardian.