Film yang dibintangi Iko Uwais itu menceritakan tentang seorang laki-laki asal Minangkabau yang mahir bermain silat. Karena taat pada tradisi, dia diharuskan untuk meninggalkan keluarganya demi mencari eksistensi dirinya di Jakarta. Film ini juga memenangi Jury Award for Best Film pada ActionFest, North Carolina, 2010.
Dalam perjalanannya silek harimau merupakan bela diri yang secara turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam aturan tak tertulis masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau sejak beratus-ratus tahun yang lalu.
Untuk hijrah ke negeri orang tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau. Di samping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar.
Film Merantau (Foto: Istimewa)
Tak hanya itu, karya Gareth lain yang senafas dengan Merantau adalah The Raid. Lagi-lagi film ini kembali dibintangi Iko Uwais sebagai tokoh utama. Film ini berhasil menjadi film pembuka pada acara Toronto International Film Festival tahun 2011.
The Raid juga berhasil diputar di beberapa festival luar negeri seperti, Festival Film Internasional Dublin Jameson di Irlandia; Festival Film Glasgow di Skotlandia; Festival Film Sundance di Amerika Serikat; South by Southwest Film di Amerika Serikat; dan Festival Film Busan di Korea Selatan. Uniknya, film ini pertama kali rilis di Toronto pada tahun 2011, berikutnya baru di Indonesia pada tahun 2012.
Film The Raid (Foto: Istimewa)
Kabar baiknya, dengan mengambil tema action di tengah maraknya film bergenre horor dan melodrama di Indonesia, film ternyata berhasil menginspirasi pesilat asal inggris, Djibrill Aoudou, untuk mempelajari lebih dalam tentang pencak silat. Djibrill bahkan pernah mengikuti kejuaraan dunia pencak silat 2016 di Bali.
Singkatnya, ia mengaku terinspirasi oleh film The Raid hingga tertarik untuk berlatih seni bela diri khas Indonesia. Djibrill mengatakan sudah hampir dua tahun mempelajari silat di London.
Seni bela diri tradisional yang berhasil direkam Gareth lewat beberapa karyanya, berhasil menambah eksistensi silat di dunia Internasional. Saat ini bahkan sudah ada 93 negara yang memiliki asosiasi pencak silat.