Saridjah Niung: Mencintai Anak-Anak dengan Menggubah Lagu

| 24 Jul 2020 09:53
Saridjah Niung: Mencintai Anak-Anak dengan Menggubah Lagu
Potret Saridjah Niung, atau Ibu Soed (1908-1993)

ERA.id - Masa pra-kemerdekaan adalah hari-hari yang muram bagi anak-anak Indonesia. Saridjah Niung, pengajar musik di beberapa HIS di Batavia (1925-1941), lantas duduk dan menggubah lagu-lagu bagi mereka.

Lahir di Sukabumi, Saridjah Niung pergi ke Bandung untuk bersekolah di Sekolah Guru Atas, Hogere Kweekschool (HKS), untuk mendalami seni musik dan suara. Sang perempuan kelahiran 26 Maret 1908 ini ingin memperluas ilmu biola dan seni suara yang didapat dari ayah angkatnya, J.F. Kremer.

Sekolah Guru Atas (Hogere Kweekschool, HKS) Bandung, tahun 1925-1926

Setamatnya dari studi di Bandung, selama tahun 1925-1941 ia menjadi pengajar musik di sekolah dasar berbahasa Belanda, Hollandsch-Inlandsch School (HIS). yang ada di Jakarta. Dalam situasi inilah ia melihat kondisi anak-anak di Hindia Belanda yang tidak bahagia. Ia merasa prihatin dan tergerak membuat lagu-lagu ceria dalam bahasa Indonesia untuk mereka.

Hai Becak

Saya mau tamasya

Berkeliling-keliling kota

Hendak melihat-lihat

Keramaian yang ada

Saya panggilkan becak

Kereta tak berkuda

Becak! (Becak!)

Becak! (Becak!)

Coba bawa saya

Saya duduk sendiri

Sambil mengangkat kaki

Melihat dengan asyik

Ke kanan dan ke kiri

Lihat becakku lari

Bagaikan tak berhenti

Becak! (Becak!)

Becak! (Becak!)

Jalan hati-hati

Lagu, “Hai Becak”, misalnya, menggambarkan seorang anak yang hendak bertamasya menaiki becak kayuh roda tiga. Tergambar di dalam liriknya, antusiasme seorang anak melihat segala yang ada di tengah keramaian kota.

Tik Tik Bunyi Hujan

Tik tik tik bunyi hujan di atas genting

Airnya turun tidak terkira

Cobalah tengok dahan dan ranting

Pohon dan kebun basah semua

Tik tik tik bunyi hujan bagai bernyanyi

Saya dengarkan tidaklah jemu

Kebun dan jalan semua sunyi

Tidak seorang berani lalu

Tik tik tik hujan turun dalam selokan

Tempatnya itik berenang-renang

Bersenda gurau meyelam-nyelam

Karena hujan berenang-renang

Di saat yang lain, hujan turun di kosnya di Kramat Jati, Jakarta. Diinspirasi oleh genting atap kosnya yang bocor, ia menciptakan lagu “Tik Tik Bunyi Hujan”. Tidak hanya musiknya yang riang, liriknya pun ditulis dengan rima yang indah.

Berkibarlah Benderaku

Berkibarlah benderaku

Lambang suci gagah perwira

Di seluruh pantai Indonesia

Kau tetap pujaan bangsa

Siapa berani menurunkan engkau

Serentak rakyatmu membela

Sang merah putih yang perwira

Berkibarlah Slama-lamanya

Kami rakyat Indonesia

Bersedia setiap masa

Mencurahkan segenap tenaga

Supaya kau tetap cemerlang

Tak goyang jiwaku menahan rintangan

Tak gentar rakyatmu berkorban

Sang merah putih yang perwira

Berkibarlah Slama-lamanya

Lagu-lagunya, kata rekan dan sesama pencipta lagu Pak Kasur, juga memuat nilai-nilai patriotisme. Lagu “Berkibarlah Benderaku”, misalnya, ditulis Saridjah atas aksi heroik rekannya di RRI, Jusuf Ronodipuro, menjelang peristiwa Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Jusuf tak gentar mengibarkan Bendera Merah Putih, bahkan ketika ia berada di bawah todongan senjata api pasukan Belanda.

Saridjah Niung pada tahun 1927 bertemu dengan Bintang Soedibjo. Saat itu ia masih menjadi pengajar musik di HIS. Saridjah akhirnya menikah dengan Bintang Soedibjo. Ia kemudian dikenal sebagai Ibu Soed, atau Ibu Sud (EYD), penggalan dari Ibu Soedibjo.

Ibu Soed dalam Google Doodle edisi khusus HUT Ibu Soed ke 109, tahun 2012.

Ibu Soed kelak dikenal sebagai pencipta lagu, penulis naskah drama, penyiar radio, dan seniman batik. Pada tahun 1928, karena mahir bermain biola, ia turut mengiringi W.R. Soepratman memainkan lagu “Indonesia Raya” untuk pertama kalinya di dalam kongres bersejarah Sumpah Pemuda.

Sebagai penyiar radio program anak-anak, ia juga pernah jadi sasaran geledah. Pada tahun 1945, pasukan kolonial sudah mengepung rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36, Jakarta. Ia dan pembantunya lantas harus membuang pemancar radio gelap miliknya ke dalam sumur. Untung saja, juga berkat pertolongan tetangganya, Ibu Soed selamat dari penggeledahan kala itu.

Sampai akhir hayatnya di tahun 1993, Ibu Soed berhasil mencipta 480 lagu anak, dan atas prestasi ini namanya kini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia. Wajahnya juga menghiasi perangko edisi khusus yang dirilis oleh PT Pos Indonesia pada tahun 2000.

Tags : anak-anak
Rekomendasi