Alasan Kesehatan Sebabkan Shinzo Abe Mundur Sebagai PM Jepang

| 28 Aug 2020 16:50
Alasan Kesehatan Sebabkan Shinzo Abe Mundur Sebagai PM Jepang
Shinzo Abe mengumumkan mundur dari jabatan perdana menteri Jepang pada Jumat (28/8/2020).

ERA.id - Shinzo Abe (66) mengumumkan mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Jepang, Jumat, (28/8/2020), pukul 5 waktu Jepang. Menteri Keuangan Taro Aso akan bertindak sebagai pelaksana tugas perdana menteri.

"Kesehatan yang memburuk tidak boleh mempengaruhi keputusan politik, dan karena saya tidak mampu memenuhi ekspektasi warga Jepang, saya memutuskan saya tak mampu bertahan sebagai perdana menteri dan akan mengundurkan diri," kata Abe dalam konferensi pers, Jumat.

"Hal terpenting dalam politik adalah memberikan dampak. Selama tujuh tahun delapan bulan, saya telah mencoba yang terbaik agar saya bisa memberikan dampak, namun saya merasa kesulitan akibat penyakit saya, dan saya membutuhkan perawatan."

Menteri keuangan Taro Aso akan bertindak sebagai pelaksana tugas perdana menteri. Namun, ia tak memberi detil tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin Partai Liberal Demokratik (LDP) dan perdana menteri selanjutnya.

Rumor bakal mundurnya Abe sendiri sempat berhembus pada pekan-pekan awal Agustus lalu, saat kesehatan Shinzo Abe dikabarkan menurun. Pada Senin (17/8/2020), Abe dikabarkan mengunjungi Keio University Hospital dan dirawat selama tujuh jam sebelum ia pulang pada hari itu juga.

Sejak lama ia memang dikenal mengidap ulcerative colitis, penyakit pencernaan kronis yang mengharuskannya mundur dari jabatan perdana menteri satu tahun setelah dilantik pada tahun 2006. Namun, lewat pengobatan rutin, ia berhasil mengelola penyakitnya tersebut, bahkan memimpin Partai Liberal Demokratk (LDP) untuk menjadi partai mayoritas pada tahun 2012.

Rumor tentang menurunnya kondisi kesehatan Shinzo Abe sempat ditepis anggota partai LDP, yang menganggap bahwa kondisi Abe masih fit untuk memerintah hingga September 2021. Bahkan ketika Shinzo Abe melakukan kunjungan medis kedua dalam waktu satu pekan, juru bicara pemerintah, Yoshihide Suga, mengatakan bahwa, "Masih cukup prematur untuk berbicara tentang situasi 'pasca-Abe', karena dia masih punya sisa masa jabatan sepanjang satu tahun."

Dalam pidato pengunduran dirinya, Abe mengatakan bahwa Juni lalu hasil checkup medis menunjukkan bahwa penyakit pencernaan, yang sudah ia derita sejak remaja, mulai memunculkan gejala kembali. Ia merasakan kesehatannya memburuk sejak pertengahan Juli lalu.

"Saya telah banyak kehilangan energi dan kekuatan saya," kata Abe, sebelum meminta maaf karena harus mundur dari jabatannya sebelum mampu menyelesaikan kasus penculikan warga Jepang oleh Korea Utara yang terjadi pada perang dingin.

Pada Jumat ini, praktis Shinzo Abe telah menjalani jabatan perdana menteri selama 2.803 hari tanpa henti, mengalahkan rekor paman buyutnya, Eisaku Sato, lima puluh tahun yang lalu.

Pandemi dan Resesi

Kondisi ekonomi Jepang kembang kempis semasa pandemi ini, dengan resesi hingga minus 7,8 persen tercatat pada kuartal II 2021. Sementara itu, secara year-on-year, ekonomi Jepang pada kuartal II tahun ini minus 27,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pandemi virus korona secara khusus juga berdampak pada penyelenggaraan Olimpiade Jepang, yang diputuskan mundur hingga musim panas 2021. Pada 6 Juli lalu, Shinzo Abe dan Gubernur Tokyo Yuriko Koike sepakat bekerja sama dalam penanganan COVID-19 agar Tokyo siap jadi tuan rumah Olimpiade tahun depan.

Kontras dengan Abe yang sering dikritik karena kerap terlambat bertindak, Koike dipuji karena memastikan tersedianya fasilitas perawatan terhadap anak-anak dan kaum lansia dan membatasi jam lembur.

Abe akan Melanjutkan Pengobatan

Shinzo Abe mengaku terjun ke politik untuk membantu Jepang "lepas dari belenggu masa perang". Pada tahun 2012 lalu, ia tidak menyampaikan permintaan maaf resmi atas kerusakan yang diakibatkan Jepang selama Perang Dunia II, mematahkan budaya yang dimulai PM Tomiichi Murayama pada tahun 1995.

Kini, setelah mundur dari jabatan, Abe akan fokus pada masalah kesehatannya. Ia akan mencoba pengobatan baru, meskipun belum diketahui apakah treatment itu akan berhasil.

"Tantangan terberat yang harus kita hadapi adalah merespon virus korona. Hal ini tak boleh goyah," kata Abe.

Rekomendasi