Inggris Lockdown Lagi, Sistem Kesehatan Terancam Ambruk?

| 05 Jan 2021 10:00
Inggris Lockdown Lagi, Sistem Kesehatan Terancam Ambruk?
Ilustrasi: situasi Kota Leeds, Inggris, di tengah lockdown pandemi Coronavirus Disease (COVID-19). (Foto: Gary Butterfield/Unsplash)

ERA.id - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan bahwa penguncian total nasional berlaku di seluruh Inggris mulai Senin, (4/1/2021) malam..

PM Johnson meminta seluruh warga Inggris untuk tetap tinggal di rumah memutus persebaran varian baru dari virus penyebab Coronavirus Disease (COVID-19).

"Dengan ini kita harus menerapkan penguncian total nasional (national lockdown), yang cukup ketat untuk membendung varian baru ini," demikian disampaikan Johnson melalui pidatonya di TV.

"Artinya, pemerintah meminta Anda sekali lagi untuk tetap berada di dalam rumah."

Setelah Inggris mendapati lebih dari 60.000 kasus positif COVID-19 selama beberapa hari terakhir, PM Johnson akhirnya meminta seluruh sekolah dan kampus di Inggris untuk tutup. Siswa diminta untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Seluruh ujian sekolah di musim panas nanti dikhawatirkan bakal tertunda.

Ia juga meminta setiap warga Inggris untuk hanya keluar rumah ketika ada keperluan yang sangat mendesak, seperti pekerjaan tertentu atau membeli makanan dan keperluan medis.

Aturan ini diterapkan sejak Senin hingga pertengahan Februari, dan detail aturannya bisa dilihat di sini.

Media Inggris The Guardian menyebut bahwa 'lockdown' saat ini merupakan yang paling ketat sejak Maret tahun lalu. Sebelumnya, pakar kesehatan di negara itu menyarankan pemerintah menaikkan level pembatasan sosial ke level 5, yaitu ketika "terdapat risiko nyata atas jalannya layanan kesehatan."

PM Johnson mengatakan bahwa lewat pembatasan sosial terbaru, Inggris sedang memasuki "fase akhir dari pertarungan" terhadap pandemi korona.

"Lewat setiap suntikan (vaksin COVID-19) ke lengan kita, kita berharap nasib baik akan menjauh dari virus COVID-19 dan berpihak kepada warga Inggris," kata Johnson.

Dalam pidato hari Senin itu, sang perdana menteri berharap bahwa 12,2 juta warga Inggris yang paling berisiko tinggi tertular COVID-19 bisa menjadi yang pertama menerima imunisasi. Mereka mencakup para penghuni panti jompo, tenaga kesehatan, pekerja sosial, warga berumur di atas 70 tahun, dan warga dengan kondisi medis ekstrim.

Berdasarkan analisa The Guardian, bila tidak ada langkah signifikan, angka kematian akibat COVID-19 di Inggris bisa menembus 100.000 sebelum akhir Januari. Saat ini telah ada 91.453 kematian akibat korona di Inggris.

Pada 4 Januari, jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit meningkat 30 persen dari pekan sebelumnya, menjadi 26.626 pasien. Sementara itu di seantero Inggris, pada 29 Desember terdapat 80.664 kasus infeksi positif COVID-19, menandakan tingkat positivitas tiga kali lebih tinggi daripada di awal Desember lalu.

Rekomendasi