Sebuah Usulan Resolusi 2023 untuk Kaum Mendang-mending

| 11 Jan 2023 15:33
Sebuah Usulan Resolusi 2023 untuk Kaum Mendang-mending
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

ERA.id - Tahun baru seperti pemandangan di luar rumah yang kita intip sepanjang tahun dari balik jendela. Ketika Januari datang, kita kegirangan keluar dari pintu dan berlarian menyambut berbagai kemungkinan baru. Sambil menoleh ke belakang, kita bertanya-tanya: Apa saja yang sudah kita lakukan? Berapa banyak rencana yang tersisihkan dan tinggal cerita di tahun lalu?

Banyak orang menganggap tahun baru sebagai kesempatan dan harapan baru. Kita menuliskan harapan itu entah di catatan atau ingatan masing-masing. Sebagian menjadikannya resolusi untuk setahun ke depan. Ada yang terjebak dengan mulut manis motivator, mencatat hal-hal yang terlampau ambisius, dan berakhir kecewa karena mimpinya yang muluk-muluk gagal terpenuhi.

Mumpung Januari belum berjalan dua minggu, ERA punya beberapa rekomendasi buat resolusi 2023 yang dijamin bisa diraih siapa pun. Tema besarnya adalah: Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri. Apa saja? 

Keep in touch dengan keluarga, minimal di grup Whatsapp

Coba kita hitung-hitung, selama setahun ke belakang, berapa jam sehari kita aktif melototin layar hp? Lalu, berapa kali kita menyempatkan nimbrung di obrolan grup Whatsapp keluarga? Kalau jawabannya sesekali atau bahkan nyaris tidak pernah, maka keep in touch dengan keluarga bisa jadi resolusi pertama di tahun 2023.

Percuma kita selalu beli gadget terbaru dan nonton review David Gadgetin setiap hari, kalau alat komunikasi yang kita pegang justru menjauhkan kita dari orang-orang terdekat. Zaman sekarang, hampir pasti semua hp terinstall aplikasi Whatsapp dan tergabung dalam grup keluarga. Ironisnya, sering kali grup itu yang paling jarang terjamah.

Orang tua kita kadang hanya ingin mendengar kabar anaknya yang sedang jauh dan jarang ketemu, tak ada salahnya kita ikut nimbrung saat mereka kirim sesuatu ke grup Whatsapp keluarga dan memastikan bahwa hidup kita baik-baik saja. Sekarang kan sudah banyak stiker Whatsapp, minimal kalau malas mengetik kita bisa kirim salah satu koleksi stiker kita.

Dari sana kita mulai jalin komunikasi yang lebih intens dengan orang tua dan saudara-saudara kita. Mulailah telepon rutin bulanan hingga mingguan. Luangkan satu-dua menit dari 24 jam waktu kita dalam sehari untuk menanyakan kabar mereka dan memberitahu kabar kita hari ini.

Berhenti jadi silent reader di grup Whatsapp kantor

Kita hidup di era ketika slogan Work Life Balance bergaung di mana-mana; ketika orang-orang berambisi ingin memisahkan kehidupan pribadi dengan kehidupan kerjanya. Tak ada salahnya juga berprinsip seperti itu, yang jadi masalah adalah ketika kita lepas tanggung jawab dan meninggalkan pekerjaan kita. Ini yang harus digarisbawahi: profesionalitas.

Salah satu kunci bekerja secara profesional adalah berkomunikasi dengan baik. Buat kalian yang selama setahun terakhir hanya jadi silent reader di grup Whatsapp kantor, apalagi pas namanya di-mention waktu jam kerja tapi tak kunjung menyahut, maka memperbaiki kebiasaan ini cocok jadi resolusi 2023.

Lagipula tak ada susahnya untuk sedikit aktif di grup Whatsapp kantor. Hitung-hitung merawat grup itu biar tak menjelma jadi kuburan Cina: sepi, besar, dan angker. Jumlah emotikon di Whatsapp kan ada ratusan, kita tinggal pilih salah satu untuk mengomentari obrolan grup, lebih-lebih saat nama kita disebut. 

Bayangkan kita papasan dengan teman di jalan dan saat disapa mereka pura-pura tak mendengar lalu melenggok pergi begitu saja, bagaimana perasaan kita? Sudah pasti jengkel. Kira-kira begitu juga perasaan orang-orang saat pesan mereka diabaikan. Apalagi melihat kita tak balas pesan tapi masih aktif terus update story Instagram. Jadi yuk, mulai perbaiki komunikasi kita sehari-hari!

Mencicil utang dan menjauhkan diri dari perkara pinjam uang

Ada dua perkara yang sesungguhnya sering merusak hubungan pertemanan: suka orang yang sama dan utang yang tak dibayar. Urusan pertama mungkin nasib, tapi yang kedua adalah pilihan yang bisa dihindari. 

Buat kalian yang masih punya tanggungan utang, lebih-lebih ke teman sendiri, pastikan mencicil utang jadi resolusi tahun ini. Syukur-syukur lunas, tapi kalau dirasa sulit, minimal mulai dicicil deh daripada lama-lama jadi karma buruk. Uang masih bisa dicari, tapi pertemanan sekalinya rusak sulit untuk disambung lagi. Kalau ekonomi masih seret dan ngos-ngosan, coba bilang dan jangan malah hilang saat dicari.

Sebaliknya, jika kita berada di posisi yang suka kasih pinjam uang ke teman, tahun 2023 ini lebih baik mulai dikurang-kurangi. Apalagi jika kita berniat meminjamkan uang jutaan rupiah ke teman yang kelilit pinjol, mending buang jauh-jauh niatan itu. Karena sejauh pengalaman kami, kebiasaan gali lubang tutup lubang sulit diatasi. Seandainya kita masih mau memberikan uang, dari awal kita harus ikhlas uang itu tak kembali.

Tidak ribut dengan keluarga dan teman gara-gara beda pilihan capres

Tahun 2023 berarti setahun lagi menjelang pesta politik di negeri ini: Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Sejak tahun lalu, mulai bermunculan nama-nama yang digadang-gadang bakal jadi calon presiden (capres). Tahun ini, pada bulan September nanti pendaftaran capres akan dibuka, dan kita harus berjanji ke diri sendiri tak bakal ribut dengan kerabat gara-gara beda pilihan.

Dua kali Pemilu terakhir membuat bangsa kita terbelah jadi dua: antara Jokowi dan Prabowo. Tak main-main, menurut data dari Badan Peradilan Agama, 21.193 pasangan suami-istri di Indonesia bercerai gara-gara persoalan politik pada tahun 2015, setahun pasca Pemilu 2014 yang mempertemukan Jokowi dan Prabowo. Bukan main.

Kita harusnya sudah cukup belajar dari 10 tahun terakhir, bahwa akar rumput hanya diperalat elit politik untuk mendapatkan kursi kekuasaan. Selesai ‘perang’, mereka juga tak ada yang mengurusi dan peduli kita makan apa sehari-hari. Sementara yang di bawah masih terus berperang, yang di atas sudah bermesraan dalam satu kabinet untuk waktu yang panjang.

Entah siapa pun nanti yang jadi presiden, yang akan menemani kita di rumah dan lingkungan kita tetap keluarga, tetangga, dan teman-teman kita. Mereka orang-orang pertama yang akan kita harapkan bantuannya saat ketimpa musibah. Jadi, daripada ribut dengan mereka, lebih baik kita mengeluhkan kebijakan pemerintah bareng mereka di atas meja makan yang sama.

Rekomendasi