Risma Si Paling Out of The Box

| 28 Feb 2023 18:40
Risma Si Paling Out of The Box
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

ERA.id - Citra suka blusukan, berani kotor, dekat dengan rakyat kecil, dan sederhana jadi jurus sakti Jokowi mengungguli Prabowo dua kali dan bertahan di puncak kekuasaan sepanjang dua periode. Pencitraan —hal yang dipraktekkan sejak lama oleh para politikus— jadi kian populer di era Jokowi. Kemeja putih polos jadi baju kebesaran kabinetnya. Figur-figur kepala daerah seperti Ganjar atau Ridwan Kamil jadi populer dengan mencitrakan diri sering terjun ke lapangan dan bersinggungan langsung dengan rakyat. Dengan begitu mereka tampak telah dan sedang bekerja.

Di antara sekian banyak pejabat yang doyan pencitraan, yang paling menghibur eksekusinya dan tetap jadi favorit kami adalah Tri Rismaharini, eks Wali Kota Surabaya yang sekarang menjabat Menteri Sosial menggantikan Juliari yang kena kasus korupsi. Di kala pejabat-pejabat lain masih berpikir sempit mencitrakan diri suka belanja ke pasar, naik transportasi umum, atau ikut kerja bakti, Risma selalu punya ide-ide out of the box, yang mungkin hanya ia sendiri yang bisa dan mau melakukannya.

"Ibu Paksa Kamu untuk Bicara"

Risma bukan hanya mencitrakan diri menjadi manusia biasa, ia bahkan pernah mencitrakan diri bak juru selamat. Kejadiannya dua tahun lalu, saat peringatan Hari Disabilitas Internasional 2021 di Kementerian Sosial yang disiarkan langsung di kanal Youtube Kemensos.

Peserta tunarungu berjejer mengikuti acara ditemani para juru bicara bahasa isyarat. Sebagian lain melukis. Risma lalu berdiri di atas panggung dan menunjuk beberapa peserta untuk naik menemaninya. Setelah seorang pemuda tunarungu maju membawa lukisannya, Risma memanggil lagi seorang tunarungu bernama Aldi. Aldi mendekat.

"Aldi, ini Ibu. Kamu sekarang harus bicara, kamu bisa bicara. Ibu paksa kamu untuk bicara," todong Risma sambil matanya terus menyorot Aldi. Aldi celingak-celinguk karena tampaknya tak mendengar suara ibu-ibu di depannya. 

"Kamu punya di dalam, apa namanya, pikiranmu, kamu harus sampaikan ke ibu, apa pikiranmu," lanjut Risma. "Kamu sekarang ibu minta bicara, enggak pakai alat. Kamu bisa bicara."

Risma berdebat dengan juru bicara bahasa isyarat, Stefanus. (Tangkapan layar)

Orang tunarungu kita tahu otomatis susah bicara karena tak bisa mendengar suaranya sendiri. Karena itu mereka butuh alat bantu dengar dan bahasa isyarat. Namun, Risma menolak hukum alam seperti Yesus yang dikisahkan pernah menyembuhkan orang-orang difabel pada masanya. Suatu hari Yesus pernah menyembuhkan dua orang buta di sebuah rumah, lalu masuklah seorang bisu yang kerasukan setan. Di tangan Yesus, setan itu keluar, dan si bisu seketika bisa bicara.

Mungkin Risma pernah membaca Alkitab dan kepikiran mencobanya di rumah. Maka, ketika seorang perwakilan dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) bernama Stefanus menghentikan aksi Risma dan bilang kalau orang tunarungu butuh alat dan bahasa isyarat, ibu-ibu superpower itu bersabda, "Kamu tahu, Tuhan itu memberikan mulut, memberikan telinga, memberikan mata kepada kita."

Risma terus mengajak orang-orang tunarungu bicara, tetapi suaranya tak pernah mencapai mereka, dan tak ada seorang pun yang mendadak bisa bicara setelah itu.

Si Paling Sujud

Tak cukup hanya mencitrakan diri seperti seorang juru selamat, Risma juga kerap mencitrakan diri bak malaikat yang diminta Tuhan untuk sujud kepada Adam, sang manusia pertama. Konon, setelah menciptakan manusia, Tuhan meminta malaikat dan iblis untuk sujud kepadanya. Iblis yang merasa lebih mulia enggan sujud ke makhluk yang diciptakan belakangan, sedangkan malaikat langsung nurut dan sujud. Iblis lalu diusir dari surga dan malaikat selamat dari hukuman.

Cara sujud itu yang dipakai Risma saat digempur masalah hidup bertubi-tubi. Bukan hanya sujud ke Allah, Risma juga sujud ke manusia. Dulu, saat masih menjabat Wali Kota Surabaya, Risma pernah bersujud di hadapan para dokter RSUD dr. Soetomo. Sebabnya ia dicurhati Ketua Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) rumah sakit itu, dr. Sudarsono.

Risma sujud saat audiensi dengan IDI. (ANTARA)

Bulan Juni tahun 2020, di halaman Balai Kota Surabaya, Sudarsono bilang kalau mereka kelimpungan menerima banyak pasien di kala musim corona dengan kapasitas rumah sakit yang terbatas. Banyak pasien akhirnya tak terselamatkan karena rumah sakit sudah overload. Di beberapa tempat lain kondisinya juga begitu.

Mendengar keluhan tadi, Risma langsung sujud bersimpuh menangis-nangis sambil meraung, "Mohon maaf Pak Sudarsono, saya memang goblok, enggak pantas saya jadi Wali Kota Surabaya!" Setengah tahun kemudian, Risma benar-benar mundur karena dipanggil jadi Mensos.

Baru-baru ini, Risma lagi-lagi memakai jurus sujudnya yang mungkin dianggap ampuh meredam keluhan. Kali ini ia berhadapan dengan guru-guru Sekolah Luar Biasa (SLB) A. Pajajaran, Bandung. Awalnya, ia terlibat adu mulut dengan seorang guru setelah ditagih janji hibah lahan seluas 1.600 meter persegi untuk pembangunan sekolah saat meninjau Balai Wyata Guna.

Risma mengalihkan pembicaraan dan meminta guru-guru SLB memikirkan masa depan murid-murid mereka.

"Kami pikirkan anak-anak!" Seru seorang guru.

"Sama," jawab Risma dengan nada rendah.

Seorang guru perempuan tunanetra lalu berdiri menggugat. "Kami juga bukan untuk kepentingan pribadi Bu!"

"Makanya Bu, kata saya, kita berbagi," timpal Risma.

"Tapi tolong direalisasikan!" Balas guru tunanetra tadi.

Saat itulah, bagai dibisiki ilham dari langit, Risma yang lelah mendengar perdebatan tak berujung itu langsung bersujud. "Saya sujud ya Bu," katanya. "Ibu dengerin, tadi saya bilang ini saya disaksikan gusti Allah." 

Ketika guru-guru SLB masih sewot, Risma mengancam bakal sujud lagi. Mereka segera mati kutu lalu ditinggalkan. Lagian siapa yang bakal siap mendengar orang mau sujud kepadanya tiba-tiba? Cara itu sepertinya bisa kita praktekkan juga kalau ketimpa masalah, misalnya saat diomelin bos di kantor. Kalau minta maaf tak segera menyelesaikan perkara, segera saja sujud.

Multitalenta

Risma sebagai Mensos bisa saja fokus mengurus Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) biar penerima bantuan sosial (bansos) bisa tepat sasaran atau memberi perlindungan buat pekerja migran, tetapi kerja senyap begitu kan susah buat dibikin konten media sosial, makanya Risma putar akal biar namanya terus trending.

Terjun ke gorong-gorong, ah biasa. Jadi tukang sampah juga sudah sering. Akhirnya, Risma memilih buat nyuci mobil dinas Kemensos, mungkin hitung-hitung menghadirkan nostalgia film Montir-montir Cantik.

Bergaya dengan sepatu boot merah dan kerudung hitam yang dimasukkan ke dalam kemeja putihnya, Risma menyemprot mobil plat merahnya dengan selang air bersama para stafnya. Kami menonton video Risma tadi sambil membatin, "Mungkin begini gambaran ibu-ibu hebat di mata Megawati." 

Risma beraksi mencuci mobil dinas. (Tangkapan layar)

Tiga hari sebelum aksi memanjakan mata dari Risma, Bu Mega mewanti-wanti kader perempuan PDIP buat bantu-bantu presiden atasi stunting di Indonesia. Apa yang dilakukan Risma setelahnya? Bikin video klip cuci mobil dinas seperti di atas. Visioner, berani beda, dan sungguh tak bisa diduga memang ibu-ibu satu ini.

Rekomendasi