Senjakala Permainan Tradisional

| 09 Jul 2018 13:15
Senjakala Permainan Tradisional
Ilustrasi permainan tradisional vs jaman now (Mia/era.id)
Jakarta, era.id - Arif ingat betul apa yang terjadi 25 tahun lalu. Saat itu Arif masih duduk di bangku SMP. Berkali-kali dia kena omel orang tuanya karena kelamaan main di luar. Pulang-pulang pun badannya kotor berlumuran tanah.

Saban sore, Arif sudah nongkrong di lapangan bermain bola. Selepas magrib, apalagi besoknya libur, Arif pasti masih sibuk bermain bersama teman-temannya di kompleks. Mulai dari petak umpet atau sekadar bermain galasin. Jaman dulu, kompleks-kompleks perumahan diramaikan tawa atau teriakan anak-anak.

"Bisa kena omel, baju kotor mulu karena sibuk main di lapangan," kata Arif mengisahkan masa lalunya.

Baca: Kamu Masih Ingat Permainan ini?

Tapi itu dulu. Sekarang mungkin masih banyak anak-anak yang ngumpul di luar rumah. Namun perbedaannya, mereka nongkrong sambil menenteng gawai dari berbagai merek atau tipe. Yang diobrolin terkadang bagaimana cara melewati level dalam game online atau beli gems.

Coba beritahu kami, seberapa sering kita melihat anak-anak bermain galasin, engrang atau petak umpet sekarang. Jangan-jangan, ini jadi tanda berakhirnya masa olahraga tradisional atau yang biasa disebut permainan rakyat. Setidaknya, itu juga yang dikhawatirkan Deputi III Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Raden Isnanta.

"Kami melihat bahwa olahraga tradisonal ini lama kelamaan akan punah, satu persatu akan punah dan tidak dikenal. Dulu dimarahi kebanyakan main di luar, sekarang susahnya ngajak main di luar," ujar Raden Isnanta seperti kami kutip dari Antara, pekan lalu.

"Karena pengaruh teknologi informasi yang begitu cepat, sehingga kita banyak terjebak dengan budaya asing," sambung Raden lagi.

Menurut dia, pengaruh teknologi informasi yang begitu cepat itu membuat banyak pilihan olahraga dari mancanegara sehingga berdampak pada olahraga tradisonal yang menjadi kurang populer di tengah masyarakat. Contohnya permainan engrang, satu dari sekian banyak yang kini hampir punah. Sulit bisa melihat ada anak-anak memainkan olahraga tersebut, terutama di daerah perkotaan.

Di sini peran orangtua sangat dibutuhkan untuk melestarikan olahraga atau permaianan tradisional. Sebab dalam sebuah penelitian menyebutkan saat ini hanya sekitar 20 persen orang tua yang mengenalkan olahraga tradisional kepada anaknya. Sedangkan 60 persen orang tua mengarahkan ke olahraga lain.

Selain itu sekitar 72 persen anak-anak saat ini menjadi ketergantungan terhadap peranti elektronik praktis atau gawai (gadget) sehingga anak-anak sekarang lebih banyak meninggalkan olahraga tradisional yang mempunyai beragam filosofi.

"Artinya orang tua cukup berperan untuk olahraga tradisonal itu agar tidak semakin punah, karena salah satu filosofi olahraga tradisonal itu ada untuk menjaga kerukunan di masyarakat, maka harus dihidupkan kembali," kata dia.

 

Rekomendasi