Curug Cibeureum, Alternatif Liburan untuk yang Doyan Gunung

| 04 Aug 2019 08:31
Curug Cibeureum, Alternatif Liburan untuk yang Doyan Gunung
Curug Cibeureum (Diah/era.id)

Jakarta, era.id - Banyak orang yang sedari dulu ingin coba mendaki tapi enggak berani ambil risiko naik gunung. Ketika tahu jalur pendakian dan jaraknya saja sudah capek duluan. 

Belum lagi perlu mempersiapkan banyak peralatan pendakian, seperti tenda, carrier, sepatu khusus, bahan makanan, dan segala macamnya. Bagi yang belum pernah mendaki pasti bingung mencari peralatan semacam itu. 

Tapi, jangan khawatir. Ada alternatif pendakian dengan peralatan yang lebih mudah dan enggak perlu menginap di lokasi pendakian, yaitu air terjun atau curug.

Destinasi curug bisa banyak kamu temukan di daerah Bogor, Jawa Barat. Salah satunya adalah Curug Cibeureum, yang berada dalam satu jalur pendakian Gunung Gede Pangrango.

Jarak dari titik awal pendakian hingga sampai ke air terjun sekitar 2,8 kilometer. Harga tiket masuk pada hari libur atau tanggal merah sebesar Rp18.500, hari biasa sebesar Rp16 ribu. 

Petugas tiket Curug Cibeureum, Gandhi menyebut perjalanan dari titik awal hingga sampai ke lokasi air terjun ditempuh sekitar satu jam. 

"Kalau jalan terus memakan waktu satu jam. Tapi, kalau banyak istirahat di tengah jalur pendakian bisa menghabiskan waktu 1,5 jam sampai lokasi air terjun," ujar Gandhi kepada era.id, Sabtu (27/7/2019).

Kalau mau mendaki, kata Gandhi, sebaiknya gunakan pakaian yang berbahan elastis atau tidak kaku. Tidak perlu sampai gunakan sepatu khusus mendaki gunung, setidaknya pakai alas kaki yang nyaman karena alur pendakian yang ditapaki merupakan undak-undakan bebatuan. 

Tak lupa, siapkan camilan dan air minum yang praktis dan jangan membuang sampah di tengah perjalanan, serta jangan merusak dan mencabut tanaman yang ada di sekitar pendakian.

Mengingat, lokasi ini merupakan taman nasional yang dikelola oleh Kementerian LHK,  tanaman di sana kerap dijadikan bahan penelitian para akademisi.

Tips

Gandhi punya kiat-kiat untuk memudahkan pendakian. Pertama, jangan terus memikirkan seberapa jauh lokasi. Coba mengobrol dengan teman dan nikmati hijaunya pepohonan di sekitar. 

"Kemudian, saat mendaki, jangan terus-terusan menundukkan kepala, karena itu bisa membuat kepala pusing. Terus saja menatap ke depan sesekali melihat jalur setapak. Boleh menundukkan kepala ketika saat perjalanan pulang setelah dari curug agar tidak salah berpijak pada batu yang dapat membuat tergelincir," jelas Gandhi. 

Sama seperti destinasi wisata pada umumnya, lokasi ini ramai dikunjungi pada musim liburan sekolah, musim Lebaran, hingga libur Natal dan tahun baru.

Sementara, pada hari biasa, tak banyak pengunjung yang datang, paling banyak seperempat dari pengunjung pada hari libur. Gandhi bilang, yang datang pada hari kerja biasanya orang-orang yang memang liburnya di hari biasa. 

Tak hanya itu, pengunjung perlu juga memiliki waktu yang tepat saat mendaki ke lokasi ini. Kata Gandhi, sebaiknya lakukan pendakian pada musim kemarau, yakni bulan Mei hingga Agustus. ??????

Sekarang kan lagi masuk musim kemarau, air terjunnya lagi pas-pasnya segitu enggak terlalu deras paling sekarang kedalamannya satu meter. Nah kalau Januari-Februari baru airnya lagi banyak, agak repot," ungkap dia. 

Gandhi menyarankan untuk tidak melakukan pendakian sendirian. Alasannya, jika di tengah jalur pendakian ada yang tergelincir atau mengalami kecelakaan, teman seperjalanan bisa menghubungi petugas yang berjaga di pintu masuk. 

"Nanti dari bawah ada yang jemput untuk dievakuasi dan diobati," imbuhnya

Tags :
Rekomendasi