AS Terpuruk Selama Pandemi karena Mitos dan Trump

| 13 Jul 2020 14:30
AS Terpuruk Selama Pandemi karena Mitos dan Trump
Seorang warga AS berjalan di Chelsea, New York City (Flickr/Andreas Komodromos)
Jakarta, era.id - Kasus positif COVID-19 di Amerika Serikat meroket dari beberapa puluh saja di akhir Februari menjadi hingga 70.000 kasus positif setiap hari. Kolumnis CNN, Frida Ghitis, mengajukan dua argumen kenapa mood publik Amerika Serikat makin geram hari-hari ini.

"Setiap harinya, pandemi tahun 2020 menjadi makin cepat dalam mengobrak-abrik Amerika Serikat," kata Frida Ghitis saat memulai opininya di CNN, (12/7/2020). "Ketika banyak negara berkembang kembali ke situasi normal, orang-orang Amerika justru terinfeksi COVID-19 dalam jumlah yang tak masuk akal."

Mood yang kelam menaungi kota-kota Amerika. Angka kematian kembali menanjak. Banyak kamar jenazah di Texas kelebihan kapasitas, sampai-sampai otoritas setempat meminta truk berpendingin ke Badan Manajemen Bencana Federal AS (FEMA) sehingga jenazah bisa disimpan sementara di situ. Negara bagian yang awalnya getol membuka ekonominya, Texas misalnya, kini memilih memperpanjang masa darurat.

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">New York City is considering digging temporary mass graves on an island off the Bronx, as over 4,750 Covid-19 deaths in the state threaten to overwhelm its morgue capacity.<br><br>The US has over 10,900 fatalities so far, out of more than 368,000 positive cases <a href="https://t.co/sJU3O7O1ag">pic.twitter.com/sJU3O7O1ag</a></p>&mdash; BFM News (@NewsBFM) <a href="https://twitter.com/NewsBFM/status/1247393022960005121?ref_src=twsrc%5Etfw">April 7, 2020</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Kenapa AS masih terpuruk, sementara negara-negara lain di kawasan Amerika Utara dan Uni Eropa sudah mulai berbenah?

Mitos Ekonomi dan Kengototan Trump

Ghitis mengajukan dua faktor yang jadi penyebab kondisi di AS. Yang pertama adalah salah kaprah bahwa pemerintah harus memilih salah satu antara memperbaiki kesehatan atau memulihkan ekonomi. Faktor kedua adalah Presiden Donald Trump yang memanipulasi keadaan seakan-akan semuanya normal, semata-mata agar ia memenangi lagi pemlihan umum yang akan dilaksanakan bulan November 2020 ini.

Faktor pertama adalah mitos. Melawan infeksi sama saja dengan membantu ekonomi, bahkan “langkah yang tak tergantikan” sebelum ekonomi mulai bertumbuh.

Berdasarkan data New York Times, negara bagian Texas, Florida, dan Arizona - yang membuka ekonominya lebih awal - kini menjadi pusat persebaran COVID-19. Bahkan Florida hari Minggu lalu saja melaporkan 15.299 kasus korona baru. Ini rekor baru jumlah kasus positif harian sejak masa awal pandemi.

Presiden Trump mendesak gubernur negara bagian dari partai Republik untuk mengikuti anjurannya menggenjot ekonomi. Namun, negara-negara bagian nitu justru terperosok lebih dalam lagi. “Menggenjot ekonomi menciptakan ilusi seakan-akan terjadi perbaikan. Situasi ini dalam waktu cepat diikuti oleh meledaknya jumlah kasus infeksi dan kematian, yang menuntun penutupan kembali ekonomi mereka.”

Berdasarkan data dari peristiwa pandemi 1918, kota-kota Amerika Serikat yang bergerak paling cepat, paling agresif untuk meredam virus, ternyata menunjukkan perkembangan ekonomi tertinggi.,

Sementara itu, Presiden Trump adalah salah satu orang yang menghembuskan mitos yang keliru tentang ekonomi. “Seakan-akan dia tinggal di dunia lain,” kata Ghitis.

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">After months of refusing to wear one publicly, President Trump wears a mask at Walter Reed. <a href="https://t.co/QB62XS4q9x">pic.twitter.com/QB62XS4q9x</a></p>&mdash; Kaitlan Collins (@kaitlancollins) <a href="https://twitter.com/kaitlancollins/status/1282066673302937606?ref_src=twsrc%5Etfw">July 11, 2020</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Bahkan ketika sistem kesehatan kolaps, dokter dan perawat jatuh sakit, dan rumah sakit kelebihan kapasitas, Trump mengatakan bahwa virus korona, “99% tidak menyakitkan.”

Presiden Trump memang dikenal suka menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan agendanya. Saat Pusat Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa sekolah dan universitas di AS harus ditutup karena merupakan zona yang “sangat beresiko,” Trump mengatakan bahwa keputusan itu terlalu “berat.” Presiden yang terpilih lewat pemilu tahun 2016 ini juga dikenal sangat ogah memakai masker.

Pada akhirnya, kata Ghitis, yang harus dilakukan oleh semua orang dan otoritas publik adalah “menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.” “Tak ada jalan lain. Abaikan ocehan Trump… Ekonomi tak akan pulih sebelum virus ini berhasil dikendalikan.”

Rekomendasi