Sandiaga Uno, Ingin Jadi Pilot hingga Mendarat di Balai Kota

| 26 Nov 2017 08:00
Sandiaga Uno, Ingin Jadi  Pilot hingga Mendarat di Balai Kota
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno (LEO/era.id)
Jakarta, era.id - Matahari terbit di ufuk timur. Sebuah mobil Lexus GX 460 hitam bernopol B 1726 RFR berlabuh di parkiran dekat lapangan basket Kementerian Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jakarta Pusat. Dari dalam mobil dinas tersebut muncul sosok Wakil Gubernur DKI, Sandiaga Uno.

Mengenakan baju olahraga oranye bertuliskan “Indonesia, Marathon Berlin 2013” dan kaca mata hitam di atas kepala, Sandi menyapa dan menghampiri tim era.id.

Sabtu (25/11/2017) pagi, Sandi berniat main basket dengan rekan-rekanya yang sudah lebih dulu melakukan pemanasan. Namun di momen Hari Guru Nasional ini, Sandi menyempatkan bercerita kepada era.id soal kenangan masa kecilnya dengan sejumlah pengajarnya.

Anak pengusaha Mien Uno itu teringat ucapan guru PAUD dan TK yang kerap menanyakan cita-cita anak didiknya. Sandi yang dulu bercita-cita menjadi pilot, tak pernah terbayang akan menjadi orang nomor dua di DKI Jakarta.

"Cita-cita saya sama dengan anak kecil yang lain, ingin jadi pilot," kenang Sandi sambil tersenyum.

Keinginan itu pupus ketika Sandi harus memakai kacamata saat duduk di kelas 4 SD. Sandi menderita rabun jauh minus 10, sehingga terpaksa mengubur mimpinya menerbangkan pesawat.

Lulusan George Washington University, AS, itu menceritakan, perjalanan kariernya yang tidak mudah. Akibat krisis moneter pada 1997, tempat perusahaan Sandi bekerja, NTI Resources Ltd Canada, bangkrut. Sandi yang saat itu menjabat dirut keuangan pun ‘dirumahkan’.

Sandi sempat melamar pekerjaan ke puluhan perusahaan, namun ditolak. Berawal dari penolakan itulah, Sandi menjajal dunia usaha.

“Mulanya kan jadi akuntan, terus di PHK tahun 1997, baru jadi pengusaha," ujar Sandi.

Sandi memilih konsultan dan bisnis keuangan sebagai pijakan awal bisnisnya. Mulanya, Sandi hanya mampu mempekerjakan tiga pegawai. Bahkan, kata Sandi, kantor yang ditempatinya dulu merupakan bekas salon kecantikan di kawasan Kuningan.

Dia  sengaja memilih lokasi di Kuningan, agar terdengar mewah dan elegan, padahal letaknya di Kuningan belakang. Dari sepetak kantor berukuran 8x10 m, perusahaan yang dimiliki Sandi terus berkembang. Dari tiga pegawai, Sandi akhirnya bisa mempekerjakan 50 ribu pegawai.

"My life is just one grand ticket. Saya enggak pernah membayangkan, saya enggak punya grand plan. Jadi I know pada satu titik saya harus memberi manfaat kepada orang banyak, kepada orang lain,” urai Sandi.

Hingga pada 2015, dia dipanggil Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan mulai aktif berpolitik.

"Dipanggil sama pak Prabowo dan saya enggak pernah punya cita-cita lah, terpanggil gitu di tahun 2015," imbuh orang terkaya ke-37 di Indonesia versi Majalah Forbes 2011.

Sandi yang berpasangan dengan mantan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan, pun maju bursa pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017. Keluar sebagai pemenang, kehidupan Sandi berubah drastis.

Belum satu semester menjabat, Sandi mendapat banyak cibiran. Mulai dari pakaian dinas yang dipandang melanggar Peraturan Gubernur, penetapan UMP yang berujung pencabutan mandat dukungan buruh, hingga hujanan kritik pada RAPBD DKI 2018.

Sandi enggan melankolis terhadap semua hujatan tersebut. Meski tak dipungkiri, sesekali Sandi ingin dihargai.

"Penginnya apa yang kami kerjakan di DKI ini mendapatkan, bukan apresiasi 100 persen sih. Hater always kritik us, but is welcome," kata mantan CEO PT Saratoga Investama Sedaya.

 

Tags :
Rekomendasi