Bukan cuma memuji. Singapura mau juga bisa belajar dari Surabaya bagaimana cara mengelola taman yang baik. Angkat topi dengan Surabaya yang bisa jadi contoh dan Singapura yang tetap masih mau belajar.
Semuanya berawal setelah Kota Pahlawan itu meraih penghargaan Special Mention Lee Kuan Yew World City Prize 2018. Pemerintah Singapura menyatakan tertarik belajar penataan lingkungan, khususnya pertamanan dari Surabaya.
"Pembicaraan terkait penataan lingkungan. Singapura tertarik dengan taman di Surabaya. Pembicaraan kemudian meluas ke sektor pengembangan ekonomi kreatif," kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini seperti dilansir dari Antara, Minggu (8/7) kemarin.
Risma memang ada di Singapura untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Pembangunan Nasional dan Sumber Daya Manusia Singapura,Zaqy Mohamad. Agenda utamanya adalah World Cities Summit di Marina Bay Sands Expo and Convention Center, Singapura.
Kata Risma, Surabaya memiliki co-Working Space KORIDOR di Gedung Siola yang buka 24 jam. Di sana, kata dia, para pelaku industri kreatif, utamanya start up digital dapat mengakses WiFi gratis. Jadi, para penggiat digital ekonomi kreatif ini tidak ada lagi alasan terkendala masalah kuota.
"Kami saat ini sedang fokus mendorong pertumbuhan industri start up, karena peluangnya lebih luas," kata wali kota perempuan pertama di Surabaya ini.
Pada kesempatan tersebut, Risma juga mengundang delegasi Singapura untuk hadir pada Start Up Nation Summit pada November 2018, di mana Surabaya akan menjadi tuan rumahnya.
Menteri Pembangunan Nasional dan Sumber Daya Manusia Singapura, Zaqy Mohamad, mengatakan negerinya memang memiliki taman dan landsekap yang modern. Tapi Surabaya punya keunggulan pada penataan lingkungan yang lebih hijau dan asri, serta partisipasi masyarakat yang tinggi dalam menjaga lingkungannya.
"Di Singapura, kami mempunyai taman-taman yang bagus, tetapi sepertinya tidak sehijau yang ada di Surabaya," kata Zaqy Mohamad.