Survei Median: Agama Jadi Identitas Politik 2019

| 23 Jul 2018 15:36
Survei Median: Agama Jadi Identitas Politik 2019
Direktur Riset Median Sudarto. (Diah/era.id)
Jakarta, era.id - Media Survei Nasional (Median) merilis hasil survei peta kompetisi jelang Pilpres 2019. Survei mengambil sebanyak 1.200 responden dengan menggunakan teknik random sampling dan margin of error sebesar 2,9 persen.

Direktur Riset Median Sudarto memaparkan, sebanyak 43,8 persen dari masyarakat Indonesia menjadikan agama sebagai identitas paling kuat dalam berpolitik menjelang Pemilu Presiden 2019.

Setelah agama, identitas yang dimunculkan adalah kesukuan sebanyak 23,4 persen; lalu identitas nasional 22,1 persen; kemudian identitas regional 9,3 persen; serta identitas lainnya, 1,5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa publik lebih suka urusan agama dan politik tidak dipisahkan.

"Identitas agama wajib diperhatikan oleh capres-capres yang akan bertarung pada pemilihan presiden, jika ingin meraih suara dari publik," ujar Sudarto di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (23/7/2018).

Lanjutnya, sebanyak 43,3 persen publik menginginkan agar politik dan agama tidak dipisahkan. Kemudian, publik yang mau politik dan agama dipisahkan sebesar 33,9 persen, Sedangkan yang tidak menjawab sebesar 22,8 persen.

"Hal ini menjadi persoalan serius bagi pak Joko Widodo selaku calon presiden petahana yang dinilai masyarakat kurang ramah dengan Islam," kata dia.

Karena itu, Sudarto menyarankan, Jokowi harus memilih calon wakil presiden (cawapres) yang identitas agama Islamnya sangat kuat di mata masyarakat.

"Sebanyak 32,5 persen Joko Widodo adalah pemilih adalah beragama Islam. Sedangkan sebanyak 56,5 persen merupakan pemilih non Islam. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Joko Widodo dan partai-partai pengusungnya," kata dia.

Rekomendasi