Ratusan ton ikan mati mendadak di Samosir, Sumatera Utara. (Foto: Instagaram @pemkabsamosir)
Medan, era.id - Sekitar 180-200 ton ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, mati mendadak dalam beberapa waktu ini. Tim Perikanan dan Kelautan Sumut memprediksi awal penyebab kematian ikan-ikan ini akibat kualitas air yang buruk.
"Tim Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut, Samosir dan Karantina Pusat dari Kemenerian Perikanan dan Kelautan masih terus mendalami penyebab kematian ikan secara mendadak itu," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut Mulyadi Simatupang dilansir Antara, Sabtu (25/8/2018).
Meski demikian, tim masih terus mencari tahu penyebab kematian ikan dalam KJA itu. Untuk mencari tahu kepastian penyebab kematian ikan itu, tim sudah mengambil contoh air dari KJA untuk diperiksa di laboratorium.
Mulyadi menjelaskan, berdasarkan pengamatan visual di lapangan atau daerah Pangururan, warna air terlihat kecoklatan dan keruh. Kualitas air yang buruk diduga saat ini sedang memasuki puncak musim kemarau disertai angin yang kencang.
Kondisi ini, kata Mulyadi, membuat bahan organik didasar perairan khususnya di sekitar KJA naik ke atas perairan (up-welling) sehingga kandungan oksigen di perairan tersebut sangat rendah.
"Kualitas air yang buruk juga dipicu letak KJA yang belum mengikuti cara budidaya ikan yang baik (CBIB) seperti ke dalaman perairan, padat tebar dan jarak antar unit KJA," katanya.
Dia menambahkan, kematian ikan nila dan mas berton-ton itu menimbulkan kerugian Rp5 miliar hingga Rp6 miliar. Adapun jumlah peternak yang merugi sebanyak 18 orang.
Dari hasil pemeriksaan Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Samosir, kadar oksigen dalam air (Diasolved Oxygen atau DO) Danau Toba berkisar 2,28 Mg/L. Kondisi itu jauh di bawah standar mutu air yang ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 82/2001 yakni minimal 6,0 Mg/L.
"Selain terus mencaritahu penyebab kematian, tim juga sedang mengatasi dampak kejadian itu yang menimbulkan aroma busuk" ujar Mulyadi.