Pesan Buya Syafii Maarif untuk Ma'ruf Amin

| 15 Oct 2018 15:37
Pesan Buya Syafii Maarif untuk Ma'ruf Amin
Cawapres Ma'ruf Amin bersama Buya Syafii Maarif. (Foto: Istimewa)
Sleman, era.id - Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin melanjutkan safarinya di Yogyakarta. Setelah bertemu dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga Sultan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, kali ini mantan Rais Aam PBNU itu menemui mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif.

Kata Ma'ruf dirinya menemui pria yang akrab disapa Buya Syafii itu, guna meminta saran dan pendapat. Sebab, dirinya dan Buya Syafii sudah bersahabat sejak lama. Apalagi, keduanya juga menempati jabatan di Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

"Siang ini saya bersilahturahim ke Buya Syafii Maarif. Beliau ini sahabat dekat saya. Kebetulan bersama-sama di BPIP. Sama-sama anggota BPIP, cuma karena saya jadi cawapres, maka saya harus mundur dari BPIP. Itu aturannya," kata Ma'ruf usai bertemu dengan Buya Syafii selama satu jam, Senin (15/10/2018).

Ketua nonaktif Majelis Ulama Indonesia ini bilang, cukup banyak yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Ma'ruf  juga mengaku meminta sejumlah usulan dari tokoh Muhammadiyah itu.

"Beliau memberikan kepada saya banyak hal. Karena saya memang meminta beliau memberikan saran pendapat. Kalau ini, kalau terpilih menjadi wakil presiden akan saya jadi bahan pertimbangan di mana saya bersama pak Jokowi mengelola negara," ujar Ma’ruf.

Selain itu, menurut Ma'ruf, koleganya itu menegaskan menjadi wakil presiden artinya berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, Buya Syafii berpesan agar Ma'ruf tetap menjaga kemajemukan.

"Walaupun bukan pendukung, katakanlah rival politik, tetap berlakukan yang sama. Juga harus merawat kemajemukan bangsa ini. Jangan sampai ada kelompok-kelompok yang didiskriminasi, tidak diberikan pelayanan. Itu saya kira sangat penting untuk menjaga dan merawat," ungkap kiai menirukan pesan Buya Syafii.

Sebagai tokoh NU, Ma'ruf juga mendapat masukan agar dirinya tak hanya sekadar membawa jargon Islam Nusantara. Sebab, ada Muhammadiyah juga yang menyerukan Islam berkemajuan.

"Beliau (Buya Syafii) bilang jangan hanya Islam Nusantara, tetapi juga Islam berkemajuan yang menjadi motonya Muhammadiyah. Karena itu, saya akan selalu membawa bukan hanya Islam Nusantara, tapi Islam berkemajuan," jelasnya.

Baca Juga : Ma'ruf Amin Maafkan Orang yang Memfitnah Dirinya

Sementara, Buya Syafii menyebut agama dan politik memang tak bisa dipisahkan. Tapi, seharusnya agama jadi panduan moral dalam berpolitik. "Jadi agama jangan jadi kendaraan. Politik yang harus menjadi kendaraan moral. Idealnya begitu," kata Buya Syafii.

Ia juga mencontohkan konflik di Jazirah Arab merupakan akibat politik agama. Buya Syafii kemudian mengingatkan agar konflik di Arab jangan dibawa ke Indonesia.

"Itu sangat berbahaya. Di sini juga ada pembelinya. Kalau mereka enggak paham, mereka beli ide-ide khilafah, ISIS, itu yang enggak sehat. Masa peradaban yang jatuh mau dibawa ke sini. Bodoh namanya," ungkapnya.

Baca Juga : Cerita Ma'ruf Amin Terima Tawaran Cawapres Jokowi

Oleh karena itu, lanjut Ma'ruf, Buya Syafii juga berharap agar Pilpres 2019 bisa berlangsung damai. "Harus damai. Kalau seumpamanya ada yang menghujat sepihak, yang lain lebih-lebih kalem," tutupnya.

Rekomendasi