Elektabilitas PDIP sampai Gerindra Melesat

| 12 Jan 2019 11:06
Elektabilitas PDIP sampai Gerindra Melesat
Ilustrasi (era.id)
Jakarta, era.id - Tak hanya elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden saja yang meningkat selama masa kampanye. Sejumlah partai politik juga ikut mengalami kenaikan elektabilitas.

Lembaga survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research memaparkan hasil survei peningkatan elektabilitas partai yang terkerek oleh efek ekor jas maupun manuver yang dilancarkan elite politiknya.

"Elektabilitas PDIP meningkat dari 23,1 persen pada survei periode November 2018 menjadi 25,7 persen pada kubu Jokowi-Ma'ruf, sedangkan Gerindra naik dari 12,3 persen menjadi 14,7 persen pada kubu Prabowo-Sandi," ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/1/2018).

Kata Vivin, kenaikan elektabilitas PDIP dan Gerindra tidak mengherankan, mengingat kedua parpol adalah pengusung utama calon presiden dan wakil presiden.

Sementara itu, PKB relatif stabil pada kisaran 7,3 - 7,5 persen. Vivin bilang, terkait erat dengan basis Nahdlatul Ulama (NU), kehadiran sosok cawapres Kyai Ma’ruf Amin dinilai masih belum berdampak signifikan mengerek elektabilitas capres pasangannya, Jokowi. “Mesin kampanye PKB dan Kyai Ma’ruf tampak belum sinkron,” tutur dia.

Sebaliknya, Golkar mengalami penurunan paling dalam dari sebelumnya 12,8 persen menjadi tinggal 9,8 persen. Penurunan juga dialami Demokrat, melemah dari 5,4 persen menjadi 4,6 persen. 

“Tidak terwakilinya Golkar dan Demokrat dalam pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjadikan semangat caleg-caleg di basis suara turut merosot,” jelas Vivin.

Menurutnya, pemilu yang kali ini berjalan serentak lebih banyak didominasi wacana pertarungan Pilpres. “Di antara strategi yang dilakukan, Golkar merekrut Tuan Guru Bajang (TGB) yang sempat digadang-gadang sebagai capres, sedangkan manuver Andi Arief dapat dibaca kaitannya dengan menjaga elektabilitas Demokrat,” ucap dia.

Pada papan menengah ke bawah, sebagian besar parpol cenderung stabil elektabilitasnya. Yang paling mengalami kenaikan adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Berkarya.

“PSI naik dari 1,2 persen menjadi 2,3 persen, sedangkan Berkarya dari sebelumnya hanya 0,1 persen menjadi 0,8 persen,” terang Vivin.

Baik PSI maupun Berkarya mengandalkan strategi melontarkan isu-isu kontroversial untuk mendapatkan efek elektoral. “PSI memanfaatkan isu-isu sensitif seperti Perda Syariah, poligami, hingga ucapan selamat Natal, sedangkan Berkarya menjual Soeharto sebagai Bapak Pembangunan pada era Orde Baru,” pungkasnya.

Survei indEX Research dilakukan pada 15-24 Desember 2018, dengan jumlah responden 1200 orang. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Tags : pemilu 2019
Rekomendasi