Pemprov Jabar Sebar Pompa Air Atasi Kekeringan Lahan Pertanian

| 04 Jul 2019 11:49
Pemprov Jabar Sebar Pompa Air Atasi Kekeringan Lahan Pertanian
Ilustrasi (Pixabay)
Bandung, era.id - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat menyebar pompa air ke 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Hal itu dilakukan sebagai solusi atasi kekeringan di 8.644 hektare lahan pertanian. 

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat Hendi Jatnika bilang, areal pesawahan yang paling terdampak akibat kekeringan adalah wilayah Pantura seperti Majalengka, Cirebon, dan Indramayu karena mengandalkan pengairan dari bendungan. Berbeda halnya dengan kawasan selatan Jawa Barat yang memiliki sumber mata air pegunungan seperti Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur.

"Bantuan alat dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten banyak sekali pompa penyedot biasa, mulai dari yang kecil sampai penggerak pompa besar yang menggunakan roda sudah banyak digunakan di lapangan," kata Hendi di Bandung, Kamis (4/7/2019).

Data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikura Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa hingga 28 Juni 2019 dari 573.842 hektare lahan pertanian di Jawa Barat, ada 52.983 hektare yang terancam kekeringan dan 82 hektare lahan yang puso pada musim kemarau tahun ini.

"Kami sudah berupaya mengonsolidasikan pengunaan pompa dengan teman-teman di lapangan bagi areal-areal yang airnya masih ada. Cuman perlu dinaikkan kepermukaan, misalkan masih ada sungai-sungai di sekitar pesawahan yang memiliki debit air. Nah itu yang sekarang kita pertahankan," tambah dia.

Hendi tidak menampik adanya areal pesawahan yang tidak bisa langsung memperoleh pasokan air dari pompa. Karena sampai saat ini, masih terdapat areal pesawahan yang lokasinya jauh dari jalur sungai.

Sebelumnya, Hendi mengatakan Kabupaten Indramayu terdampak kekeringan tertinggi dengan jumlah areal pesawahannya mencapai 1.456 hektare. 

"Adanya dua musim hujan dan kemarau di Indonesia adalah suatu keharusan daerah tropis. Malah kalau hujan terus atau kemarau terus, itu baru anomali iklim ya. Tapi periode sekarang adalah periode kemarau," ujar Hendi. 

Rekomendasi