Indonesia Butuh Pembangkit Listrik Tenaga Sambat

| 11 Jul 2019 07:35
Indonesia Butuh Pembangkit Listrik Tenaga Sambat
Ilustrasi (Ilham/era.id)
Jakarta, era.id - Penduduk Indonesia terklasifikasi sebagai masyarakat paling bahagia di dunia. Meski begitu, persentase menunjukkan tingginya tingkat stres di negeri ini. Dalam sudut pandang kesehatan mental, sambat atau mengeluh disebut-sebut jadi solusi meredam stres. Atau, jika melihat berbagai temuan, mungkinkah kita memanfaatkan stres menjadi hal berguna? Membangun (PLTS) Pembangun Listrik Tenaga Sambat, misalnya?

Tahun 2018, Cigna 360° melakukan survei skor kesejahteraan. Survei itu mengungkap bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang penduduknya paling bahagia di dunia. Survei itu mempersentasekan tingkat kebahagiaan masyarakat di negara-negara dunia. Di Indonesia, 75 persen masyarakat Indonesia tergolong stres. Angka itu jauh di bawah negara-negara Asia lain seperti Singapura dan Thailand yang tingkat stresnya mencapai 91 persen.

Memang, dibanding negara lain, tingkat stres masyarakat Indonesia tergolong rendah. Tapi, jika melihat angka 75 persen, rasanya tetap harus ada upaya untuk mengurangi angka ini. Bukan apa-apa, berdasar data proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 2018, Indonesia dihuni oleh 265 juta jiwa. Merujuk angka 75 persen hasil survei Cigna 360°, artinya ada sekitar 198 juta penduduk stres di Indonesia.

Dalam sudut pandang kesehatan mental, sejatinya ada yang dapat dilakukan untuk meredam stres para penduduk Indonesia. Caranya, membudayakan sambat alias mengeluh. Menurut buku The Good News About What's Bad For You karya Jeff Wilser, ada dua jenis sambat, yakni instrumental complaining dan expressie complaining. Masing-masing jenis sambat itu punya manfaat lho.

Instrumental complaining adalah sambat yang dilakukan untuk memecahkan masalah. Misalnya, ketika orderan online shop kamu datang terlalu lama dan kamu mengeluh kepada penjual, itulah yang disebut instrumental complaining. Sambat kedua, expressive complaining adalah sambat yang dilakukan lewat curhatan atau umpatan. Sambat ini dilakukan dengan tujuan mengurangi beban mental yang ditanggung seseorang.

Meski begitu, sambat bisa membuatmu capek, lho! Bayangkan, saat kamu sambat, lewat curhat misalnya, kamu akan melakukan aktivitas yang namanya bicara. Dikutip dari situs Goodtoknow, ketika berbicara seseorang menghabiskan energi sebanyak 85 kilokalori per jam. Nah, makanya jangan terlalu sering juga tuh sambat. Kecuali, negara ini bisa mengonversi energi sambat menjadi listrik.

PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Sambat)

Ingat proyek 35 ribu megawatt yang sedang dikejar pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional? Sejak awal memerintah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan seluruh proyek selesai di tahun ini. Dalam rencana, pemerintah akan menggandeng Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan pihak swasta untuk membangun 109 pembangkit listrik.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi enam sampai tujuh persen, Indonesia membutuhkan setidaknya tujuh ribu megawatt per tahun. Proyeksi ini juga sudah dituangkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019. Artinya, tak ada kompromi, proyek ini wajib direalisasikan.

Sayangnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar menyatakan, target 35 ribu megawatt tak dapat diselesaikan tahun ini, sebagaimana ditargetkan. Menurut Arcandra, tahun ini, pemerintah paling-paling hanya bisa mencapai realisasi 57 persen. "Tadinya 2019 kan harus 35.000 MW, karena asumsi pertumbuhan ekonomi 35.000 MW program dibikin itu ekonomi kalau gak salah 7 persen," tutur Arcandra, dikutip dari CNBC, Rabu (10/7/2019).

"Mempertimbangkan reserve margin yang ditargetkan sekitar 30 persen. PLN dan KESDM akhirnya sampai 2019 kemungkinan besar 19.000-20.000 MW," tambahnya.

Nah, sekarang mari berandai-andai. Bayangkan, jika satu kilokalori yang dihabiskan satu orang penduduk stres --untuk sambat-- di negara ini setara dengan satu megawatt. Rasanya, kita adalah negara yang amat kaya dengan energi listrik. Selain berlimpah, tenaga listrik bertenaga sambat ini dijamin terbarukan.

Jika bisa mengonversi satu kilokalori menjadi satu megawatt, maka kita bisa mengembangkan puluhan kali lipat proyek 35 ribu megawatt. Bayangkan, dengan asumsi satu penduduk stres melakukan sekali sambat, setidaknya kita bisa menghasilkkan 198 juta megawatt. Sungguh negeri ini adalah negeri yang kaya.

Rekomendasi