Siapa Bilang Hashtag di Demo Mahasiswa Cuma untuk Gaya-gayaan?

| 01 Oct 2019 20:16
Siapa Bilang <i>Hashtag</i> di Demo Mahasiswa Cuma untuk Gaya-gayaan?
Aksi demonstrasi mahasiswa (Diah/era.id)

Jakarta, era.id - Aksi aliansi mahasiswa atas nama BEM Seluruh Indonesia di dekat Gedung DPR RI menggaungkan narasi khusus di media sosial. Selain pekik orasi di lokasi demonstrasi, para mahasiswa juga gencar menyuarakan pergerakan lewat tagar alias hashtag.

Muhamad Abdul Basit, Ketua BEM Universitas Negeri Jakarta sekaligus koordinator mahasiswa wilayah Jakarta menjelaskan pentingnya pergerakan virtual lewat hashtag. Menurutnya, langkah ini dilakukan sebagai upaya menghindari penyusupan kepentingan berbentuk narasi-narasi di media sosial.

"Kita tidak setuju terkait dengan adanya (aksi) ditunggangi. (Tagar) #TurunkanJokowi pun tidak termasuk dalam narasi kita," tutur Abdul kami temui di lokasi demonstrasi, Senin (1/10/2019).

Sederhananya, lewat hashtag, mahasiswa menegaskan narasi pergerakan mereka. Mahasiswa sadar banyak oknum yang memanfaatkan keramaian media sosial terkait aksi demonstrasi untuk memainkan kepentingan politik praktis, yang bahkan tak jarang dilakukan lewat provokasi.

"Kita ramaikan dua hashtag ini di media sosial, silakan narsis dan upload foto dengan hashtag yang telah kita tentukan," seru Abdul menegaskan pernyataannya dari atas mobil komando.

Kata Abdul, aksi mahasiswa merupakan gong dari bentuk pengawalan mahasiswa terhadap anggota DPR yang akan menjalankan tugasnya selama lima tahun ke depan. 

Pelantikan anggota DPR RI 2019-2024 (Anto/era.id)

Mereka punya sejumlah tuntutan kepada 575 anggota parlemen baru. Di antaranya, mereka menuntut parlemen baru untuk memberantas KKN, restorasi demokrasi, reforma agraria, kesatuan bangsa, dan penyelesaian kasus HAM. 

"Kita fokus terkait tuntutan reformasi. Dari awal kita mengambil momentum di pelantikan DPR hari ini, DPR hari ini harus mau menerima atau menyelesaikan PR yang belum diselesaikan DPR sebelumnya," jelas dia. 

Perlu diketahui, momentum mahasiswa yang kembali turun ke jalan dan memprotes agenda pemerintah serta DPR dalam mengesahkan sejumlah RUU bermasalah, mendapat pandangan lain di media sosial. Hashtag #TurunkanJokowi muncul di Twitter seiring momentum tagar pendukung demonstrasi mahasiswa mengemuka, seperti #GejayanMemanggil atau #HidupMahasiswa. 

Rentan disusupi

Analis media sosial Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, menyebut gerakan mahasiswa yang turun ke jalan sangat mudah disusupi. Salah satu narasi baru yang muncul di luar tuntutan mahasiswa bisa muncul, baik di media sosial atau saat orasi di lapangan. 

"Di antara kedua cluster (penguasa dan oposisi) tampak relasi yang kuat. Menandakan dukungan oposisi yang besar kepada gerakan mahasiswa #GejayanMemanggil. Namun oposisi ternyata juga punya tagar baru #TurunkanJokowi. Akun mahasiswa tidak mengamplifikasi tagar ini," kata Ismail Fahmi lewat akun Twitternya.

Data percakapan Twitter yang diambil oleh Ismail ini merupakan data pada 23-24 September 2019. Hashtag #TurunkanJokowi sempat menempati puncak tertinggi malam tadi.

Aparat membubarkan mahasiswa dengan gas air mata (era.id)

Ismail juga memaparkan, apabila mahasiswa turut mengangkat isu tagar #TurunkanJokowi pastinya isu tersebut akan muncul dalam lingkaran kelompok mahasiswa. Dari pembacaan tersebut, Ismail juga menduga isu #TurunkanJokowi berpotensi dimainkan di lapangan juga.

Namun dalam kesimpulan terkait hashtag #turunkanjokowi, Ismail menyebut hal itu adalah isu yang dihembuskan oleh akun-akun yang selama ini menjadi oposisi Jokowi. "Yang #turunkanjokowi ternyata itu kelompok sendiri, sekaligus membawa narasinya sendiri," lanjut Ismail.

Hal ini senada dengan realita di lapangan, selama orasi para mahasiswa baik yang ikut tergabung dalam aksi Gejayan Memanggil atau demonstrasi mahasiswa lainnya sama sekali tak menyinggung soal turunkan Jokowi. Poster yang mereka bawa pun kebanyakan adalah protes terkait rencana pengesahan RUU KUHP atau revisi UU KPK

Tags : demo
Rekomendasi