"Saya juga menyerahkan sertifikat tanah keluarga seluas 2.459 meter persegi. Saya dukung rencana pembangunan Museum Adinegoro yang bermanfaat bagi kemajuan jurnalistik dan kesusastraan Tanah Air," tulis Jokowi dalam akun Instagramnya seperti yang dilihat era.id, Jumat (9/2/2017).
Jokowi juga menegaskan dukungannya terhadap rencana pembangunan Museum Adinegoro yang bermanfaat bagi kemajuan jurnalistik dan kesusastraan Tanah Air. Kesejarahan Adinegoro sebagai Tokoh pers dan juga Pencipta karya sastra 'Darah Muda', 'Asmara Jaya', 'Melawat ke Barat' tersebut, menurut Jokowi harus diingat semua rakyat Indonesia.
"Beliau tokoh pers yang betul-betul harus kita ingat karena sekarang ini kita ada kecenderungan meninggalkan kesusastraan sehingga baik sisi jurnalisme, sisi penulisan harus mengingat kembali kesejarahan dari beliau Bapak Djamaluddin Adinegoro," kata Jokowi.
Presiden Jokowi saat bertemu keluarga Djamaluddin (Setkab.go.id)
Karenanya, Jokowi berharap, Museum Adinegoro nanti akan memberikan banyak manfaat bagi kemajuan jurnalistik dan kesusastraan Tanah Air. "Ya tentu saja penulisan-penulisan dengan pendalaman materi yang matang, kemudian berita-berita yang bermanfaat, yang memberikan pencerahan kepada masyarakat, yang memberikan optimisme kepada masyarakat, yang membangkitkan harapan ke depan kepada masyarakat," ucap Jokowi.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak presiden yang telah memberikan perhatian yang luar biasa terhadap Adinegoro," ujar cucu Djamaludin, Eriswati.
Siapa itu Djamaludin Adinegoro? Dia lahir di Talawi, Sawah Lunto, Sumatera Barat, 14 Agustus 1904 silam. Dia mendapat gelar Datuk Madjo Sutan tapi dia lebih menggunakan nama Adinegoro saat menempuh pendidikan di STOVIA tahun 1918-1925.
Meski memiliki nama Djamaludin Adinegoro, dia lebih sering menggunakan nama Adinegoro ketika menulis. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengabadikan namanya untuk penghargaan tertinggi insan jurnalis, yakni Piala Adinegoro.