Tim Editor
Secara sederhana, Gildas menyebut filter tersebut adalah langkah penyaring informasi dengan konsep B3; Benar, Baik, dan Berguna.
"Kita dapat mengaplikasikan tiga filter Socrates yang sangat terkenal sebelum membagikan informasi kepada orang lain agar tidak terjebak hoaks," kata Gildas dilansir dari Antara, Rabu (28/2/2018).
"Kita pastikan dulu tiga hal ini. Apakah yakin kalau informasi tersebut adalah kebenaran? Apakah informasi tersebut adalah kabar baik bagi orang yang menerima informasi? Apakah berguna bagi orang yang menerima informasi?" lanjutnya.
Jika seseorang sudah menerapkan hal itu, kata Gildas, penyebaran berita bohong kemungkinan besar dapat ditekan. Pasalnya, meluasnya hoaks mendatangkan dampak yang tidak sehat bagi jalannya proses demokrasi dan kehidupan bernegara.
Ia juga menegaskan, dari berbagai pengalaman di negara lain, meluasnya hoaks menjadi awal kehancuran suatu negara. Untuk itu, sebagai perkumpulan komunitas informal warganet dan masyarakat aktif pengguna internet, pihaknya mendukung langkah pemerintah untuk memerangi hoaks. Namun Gildas berpendapat, melawan banjir hoaks tidak bisa hanya dengan menghapus, memblokir, atau mengklarifikasi konten.
"Kita harus bersama-sama membangun budaya keamanan siber dan informasi yang positif dan produktif untuk mencapai kemandirian dan kedaulatan bangsa di wilayah siber," katanya.
Ia juga menekankan, dalam konteks Indonesia, wilayah siber seharusnya menjadi instrumen yang bisa mempersatukan darat, laut, dan udara. "Bukan malah memecah belah bangsa kita yang Bhinneka Tunggal Ika," tutupnya.
