Kata Pendukung soal Bos Startup Dampingi Jokowi

| 16 Mar 2018 07:52
Kata Pendukung soal Bos <i>Startup</i> Dampingi Jokowi
Presiden Jokowi di Bali. (Istimewa)
Jakarta, era.id - Orang kepercayaan Presiden Joko Widodo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyempatkan diri datang ke markas Go-Jek Indonesia pada 22 Januari 2018. Bos Go-Jek, Nadiem Makarim banyak cerita tentang Go-Jek kepada Pratikno pada pertemuan itu.

Nadiem adalah salah satu bos unicorn di Indonesia. Anak muda sukses model kayak Nadiem tidak hanya satu. Sebut saja, bos Traveloka, Ferry Unardi; bos Bukalapak, Ahmad Zaky; dan bos Tokopedia, William Tanuwijaya; yang dianggap setara dengan Nadiem. 

Predikat unicorn hanya diperuntukkan bagi startup yang valuasinya telah melebihi angka 1 miliar dolar AS. Apa itu valuasi? Valuasi adalah nilai dari suatu startup, dihitung dari modal awal hingga suntikan investasi dari pemodal yang terlibat dalam pengembangan startup

Jadi empat nama tadi tidak bisa dianggap remeh. Selain punya uang yang banyak, mereka punya kedekatan dengan jutaan mitra mereka masing-masing. Potensi itu bisa bermanfaat ketika dikonversi jadi suara pada pemilu.

(Infografis/era.id)

Menurut pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, figur muda seperti ini sangat potensial sebagai bakal cawapres alternatif.

Jokowi, yang sudah dideklarasikan jadi capres, bisa mengambil salah satu di antara empat pemuda yang sukses dalam ekonomi digital di Indonesia itu sebagai cawapres. Kata dia, meski anak-anak muda itu belum berpengalaman di politik, tapi bisa menjaring ceruk suara pemilih milenial.

"Ada peluang bagi Jokowi untuk menarik anak muda yang berlatar belakang profesional, berbasis pada teknologi digital. Kalau cawapres datang dari anak muda pebisnis startup itu memungkinkan," kata Ubedilah beberapa waktu lalu kepada era.id.

(Infografis/era.id)

Tapi, partai pendukung Jokowi punya beragam pandangan untuk ide ini. Ada yang bersikap terbuka, ada yang menolak, dan ada juga yang terima apapun pilihan Jokowi.

PDIP misalnya, menganggap ada kemungkinan ide itu terwujud. Asalkan si anak muda yang dipilih tadi sejalan dengan ideologi partai dan disepakati oleh koalisi lain. Maklum, Jokowi tak hanya didukung PDIP saja, ada Nasdem, Hanura, Golkar, dan PPP.

"Peluang masih sangat terbuka, apakah dari parpol atau dari luar parpol masih mungkin. Masih cair betul dan belum ada rambu-rambu," Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDI Perjuangan Idham Samawi.

"Yang penting WNI dan paham betul ketika berbangsa dan bernegara di NKRI," tambah dia.

Partai Nasdem juga mirip-mirip sikapnya dengan PDIP. Namun, Nasdem lebih menekankan ada tiga hal yang perlu dipikirkan ketika menunjuk cawapres Jokowi. Pertama, disepakati oleh partai pengusung, kemudian bisa meningkatkan elektabilitas Jokowi, dan terakhir punya chemistry dengan bekas Gubernur DKI Jakarta itu.

"Jika nanti Pak Jokowi minta masukan, kita akan beri masukan," kata Ketua DPP Nasdem Irma Chaniago.

(Infografis/era.id)

Sedangkan Partai Hanura menolak ide tadi. Menurut Wakil Ketua Umum Partai Hanura I Gede Pasek Suardika, syarat pengusungan capres dan cawapres pada pemilu adalah lewat partai politik atau gabungan partai politik, bukan perusahaan atau gabungan perusahaan.

Karenanya, Pasek beranggapan, empat anak muda yang punya perusahaan mumpuni tadi, tidak bisa diusung jadi cawapres Jokowi.

Apalagi, Partai Hanura sudah mendeklarasikan diri untuk mengusung Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto jadi cawapres Jokowi. Tapi, usulan ini memang perlu dibicarakan dengan rekan koalisi pendukung Jokowi.

Di sisi lain, Pasek mengusulkan pendamping Jokowi lebih baik sosok yang tidak akan maju kembali pada Pemilu 2024. Dengan begitu, pemilu pada masa itu akan diisi oleh calon presiden dan wakil presiden yang baru, yaitu anak-anak muda yang mulai dari titik nol yang sama.

"Kita menawarkan membantu karena desain adalah biar 2024 nanti semua calon presidennya baru," kata Pasek.