Turki menjadi salah satu pengecam paling lantang atas tanggapan Israel terhadap unjuk rasa Gaza dan pemindahan kedutaan AS, dengan menarik duta besarnya dari Tel Aviv dan Washington.
Presiden Tayyip Erdogan menyebut pertumpahan darah pada Senin (14/5) yang paling mematikan bagi warga Palestina sejak perang Gaza pada 2014, pemusnahan dan menyebut Israel negara teroris. Pemerintahannya juga menyatakan tiga hari berkabung.
"Duta Besar Israel diberitahu bahwa utusan kami untuk Israel dipanggil kembali untuk konsultasi dan diberitahu bahwa akan lebih baik baginya untuk kembali ke negaranya untuk beberapa waktu," kata sumber Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dikutip Antara, Rabu (16/5/2018).
Baca Juga : Presiden Palestina Kutuk Pembukaan Kedubes AS di Yerusalem
(Ilustrasi/Pixabay)
Juru bicara pemerintah Bekir Bozdag mengatakan kepada parlemen bahwa Turki menganggap Amerika Serikat sama-sama bertanggung jawab atas kekerasan pada Senin, kemarin. "Darah orang-orang Palestina yang tidak bersalah ada di tangan Amerika Serikat," katanya.
Baca Juga : Israel Halangi Akses Medis Warga Gaza
Hubungan Ankara dengan Washington, dua sekutu NATO, sangat tegang atas pemindahan kedutaan itu, ketidaksepakatan mengenai penempatan militer di Suriah utara, dan kasus pengadilan terhadap warga negara Turki dan AS di masing-masing negara.
Terdapat unjuk rasa melawan Israel di Istanbul dan di Ankara. Erdogan, yang berkampanye untuk pemilihan presiden dan parlemen bulan depan, mengatakan unjuk rasa akan diadakan pada Jumat untuk memprotes pembunuhan tersebut. Persoalan Palestina menggerakkan banyak orang Turki, termasuk dengan pemilih nasionalis dan religius yang membentuk basis dukungan Erdogan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan di Twitter bahwa Erdogan tidak dalam posisi untuk mengajarkan moralitas kepada mereka, karena dia mendukung gerakan Islamis Palestina Hamas yang memerintah Gaza. "Tidak ada keraguan bahwa dia memahami terorisme dan pembantaian," kata Netanyahu.
Baca Juga : Jalur Gaza Memanas, 55 Warga Palestina Tewas
(Ilustrasi/Pixabay)
Erdogan berkicau kembali bahwa Netanyahu adalah pemimpin negara apartheid yang telah menduduki tanah rakyat yang tidak berdaya selama 60 tahun lebih, yang melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan menambahkan bahwa dia mengkritik Turki yang membiaskan perhatian. "Ingin pelajaran dalam kemanusiaan? Baca Sepuluh Perintah Tuhan," tambahnya.
Baca Juga : Israel Siapkan Skenario Serang Iran
Hubungan dua kekuatan kawasan itu menjadi sulit. Pada 2010, marinir Israel menyerbu kapal bantuan untuk memberlakukan blokade laut Gaza, menewaskan sepuluh pegiat Turki dan menyebabkan penurunan hubungan diplomatik yang berlangsung hingga 2016.
Bozdag mengatakan kepada parlemen bahwa unjuk rasa yang direncanakan di Istanbul akan sekali lagi menunjukkan bahwa orang-orang Turki tidak akan tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan dan kekejaman, bahwa mereka membela para korban dalam menghadapi kejahatan.