Belajar Sejarah Anti-kolonial di Museum Multatuli

| 04 Jun 2018 05:05
Belajar Sejarah Anti-kolonial di Museum Multatuli
Pengunjung di Museum Multatuli. (Foto: Istimewa)
Jakarta, era.id - Ada banyak cara untuk mengisi waktu libur panjangmu. Untuk kalian pecinta wisata edukasi, mengunjungi museum merupakan hal yang menarik, terutama museum yang berisi sejarah bangsa kita di masa lampau.

Di Kabupaten Lebak, Banten, terdapat sebuah museum baru yang cukup menarik yakni Museum Multatuli. Museum tersebut merupakan museum anti-kolonial pertama yang berdiri Indonesia.

Kenapa anti-kolonial? Karena Museum Multatuli berisi nilai-nilai gerakan anti penjajahan yang dibawa oleh tokoh anti-kolonial Indonesia, Edward Dowes Dekker yang dikenal dengan naman penanya, Multatuli.

Museum Multatuli berdiri di kawasan pusat Kota Rangkasbitung, Lebak. Berada di kawasan terpadu pemerintahan Kota Lebak, Perpustakaan "Saidjah dan Adinda" Kota Lebak, dan alun-alun Kota Lebak. 

Baca Juga : Benda Seni Indonesia Dipamerkan di Museum Guimet

(Foto: Istimewa)

(Foto: Istimewa)

Museum Multatuli menyimpan banyak kenangan mengenai gagalnya pemerintahan kolonialis Belanda dalam menyejahterakan rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Lebak. Multatuli dahulu merupakan asisten residen Lebak yang bermukim di Rangkasbitung pada Januari hingga Maret 1856.

Hidup di Lebak dengan segala pandangannya terhadap kesengsaraan yang diciptakan pemerintahan kolonial memancingnya menciptakan buku legendaris yang membongkar kebusukan kolonial, buku tersebut berjudul Max Havelaar

Max Havelaar pun meledak. Berbagai pecinta literasi di seluruh dunia kagum dengan tulisan tersebut. Buku itu berhasil menginspirasi tokoh-tokoh Indonesia untuk berjuang memerdekakan Indonesia dan melawan kolonialisme.

Baca Juga : Menanti Karya Yayoi Kusama di Museum MACAN

Pada awal masuk museum, kita akan disuguhi dengan instalasi asal muasal kolonialisme ada. Para pengunjung dikenalkan dengan berbagai rempah-rempah, alasan utama mengapa negara-negara barat seperti Inggris, Spanyol, Portugal dan Belanda.

(Foto: Istimewa)

Selanjutnya, pengunjung akan mengenal lebih jauh sosok Multatuli melalui surat-suratnya, cetakan buku tua miliknya, hingga pernyataan menarik para tokoh bangsa seperti Soekarno, Pramodya Ananta Toer, WS Rendra, R.A Kartini, Tan Malaka, dan tokoh lain. Selain itu, tiga instalasi terakhir di gedung tersebut juga menjelaskan mengenai sejarah Banten, Lebak, dan Rangkasbitung. 

Museum ini dapat anda kunjungi pada jam kerja, mulai dari hari Selasa hingga Minggu. Untuk menuju tempat tujuan, banyak caranya. Dari Jabodetabek, transportasi tercepat adalah menggunakan commuter line dengan rute Tanah Abang-Rangkasbitung.

Setelah sampai di stasiun Rangkasbitung, anda bisa berjalan kaki menuju museum dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.