Waspadai Cacar Monyet, Guru Besar UGM Minta Mobilitas dari Negara dengan Wabah Monkeypox Diperketat
ERA.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global. Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama, menyatakan banyak pihak perlu meningkatkan edukasi dan kewaspadaan. Cara-cara tersebut dinilai sebagai strategi utama untuk menurunkan faktor risiko masyarakat terhadap kemungkinan terkena paparan virus.
“Mengingat wabah Monkeypox di Amerika Serikat pada tahun 2003 sempat diberlakukan kebijakan pembatasan perdagangan dan transportasi hewan," katanya di kampus UGM, Jumat (29/7).
Berkaca dari wabah di AS tersebut, menurut Wayan, daerah endemik dan negara-negara dengan wabah tersebut perlu diperketat. Hewan yang mungkin telah kontak dengan hewan terinfeksi harus dikarantina serta ditangani sesuai standar pencegahan dan diobservasi selama 30 hari.
“Karena penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox ini adalah penyakit zoonotik dan mewabah di Inggris awal bulan Mei silam," katanya.
Penularan penyakit itu bisa dari hewan ke manusia dan terjadi saat menangkap, memproses, dan mengonsumsi daging satwa liar. Bisa juga melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi dari hewan terinfeksi seperti mamalia kecil, termasuk rodensia (tikus, tupai) dan primata non-manusia (monyet, kera).
Menurutnya, penularan via kontak langsung ini dapat juga terjadi antarhewan. Penularan Cacar Monyet dari manusia ke manusia utamanya melalui droplet pernapasan yang umumnya lewat kontak erat.
Penularan bisa juga melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar, kontak tidak langsung dengan benda, kain, dan permukaan yang terkontaminasi. Penularan secara vertikal dapat terjadi dan dapat berujung pada komplikasi, cacar bawaan, atau lahir mati.
“Masa inkubasi Cacar Monyet umumnya berkisar 6 sampai 13 hari. Pasien dinyatakan infeksius dari saat ruam mulai muncul hingga deskuamasi atau pergantian kulit. Proses ini membutuhkan waktu hingga beberapa minggu," katanya.
Gejala penyakit pada manusia sangat mirip dengan penyakit cacar, yaitu demam (>38,5°C), kondisi lemah, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limfa, dan sakit kepala.
Gejala-gejala tersebut akan diikuti dengan kemunculan ruam makular-papular berbatas jelas, vesikular, pustular, hingga lesi berkeropeng.
Lesi bertahan sekitar 1 - 3 hari pada setiap tahap dan berprogres secara bersamaan. Area kemunculan lesi adalah wajah (98 persen), telapak kaki dan tangan (95 persen), membran mukosa mulut (70 persen), genital (28 persen), dan konjungtiva (20 persen).
“Secara umum lesi lebih jelas pada anggota gerak dan wajah dibandingkan pada badan. Manifestasi pada area genital dapat menjadi dilema diagnosis pada populasi berpenyakit menular seksual (PMS)," ungkapnya.
Wayan mengungkapkan pemberian vaksinasi atau penggunaan vaksin cacar setidaknya memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi virus Monkeypox.
Pada tahun 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui vaksin JYNNEOSTM untuk mencegah penyakit Cacar Monyet dengan efektivitas mencapai 85 persen.
Sementara untuk pencegahan mengacu pada WHO, kata Wayan, perlu menghindari kontak langsung dengan orang bergejala, menerapkan hubungan seksual yang aman, menjaga kebersihan tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker, serta mempraktikkan etika batuk dan bersin yang benar.
Sedangkan upaya pencegahan di rumah dapat dilakukan dengan melakukan good hygiene practices, mencuci kain dengan detergen, memisahkan alat makan orang terinfeksi, mencuci alat makan menggunakan air panas atau air hangat dan sabun dengan memakai sarung tangan, membersihkan permukaan terkontaminasi dengan desinfektan.