Tak Hadir untuk Beri Keterangan di LPSK, Pengacara Istri Ferdy Sambo: Masih Trauma Berat dan Terguncang

ERA.id - Istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, dijadwalkan melakukan asesmen di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Namun, istri dari jenderal polisi bintang dua ini tidak hadir untuk melakukan asesmen.

"Tadi kami sampaikan, bahwa untuk hari ini belum memungkinkan untuk hadir," kata pengacara istri Ferdy Sambo, Arman Hanis di Gedung LPSK, Jakarta Timur, Senin (1/8/2022).

Arman menjelaskan istri Ferdy Sambo tidak dapat hadir ke LPSK karena masih trauma. Psikolog pun dihadirkan untuk menjelaskan kondisi Putri Candrawathi ke pihak LPSK.

"Berdasarkan hasil komunikasi atau konsultasi kami dengan psikolog, makanya kami meminta psikolog hadir mendampingi untuk menjelaskan kondisi klien kami. Dan saat ini masih keadaan terguncang dan trauma berat," sambungnya.

Arman tidak menjelaskan secara rinci kondisi istri Ferdy Sambo. Terkait kapan asesmen selanjutnya kepada istri Ferdy Sambo akan dilakukan kembali, dia juga tak membeberkannya. Dia hanya mengatakan LPSK yang berwenang melakukan proses-proses yang dibutuhkan.

"Yang terkait, perlu saya tegaskan, klien kami adalah korban, korban dugaan tindak pidana kekerasan seksual, itu yang kami sampaikan," ucap Arman Hanis.

Sebelumnya, istri Irjen Ferdy Sambo mengaku depresi dan mengalami gangguan sulit tidur. Hal itu terjadi setelah insiden pelecehan dan penodongan senjata yang dialaminya, beberapa waktu lalu.

Pengakuan itu disampaikan Novita Tandry, psikolog yang ditunjuk oleh Polda Metro Jaya untuk mendampingi ibu empat anak itu.

"Pada saat bertemu dengan Ibu (istri Kadiv Propam), keadaannya sangat shock terguncang pastinya, trauma, sulit tentunya dia bisa berkonsentrasi dan sejak kejadian sampai sekarang itu tidak bisa tidur pastinya," kata Novita saat dihubungi di Jakarta, Rabu (13/7/2022).

Novita menyebut bahwa istri Kadiv Propam itu mengalami syok akibat rentetan peristiwa yang dialaminya, mulai dari pelecehan, penodongan senjata, hingga kejadian baku tembak antarajudan di rumahnya, termasuk beban psikologi dari ramainya pemberitaan atas kejadian tersebut.

"Karena melihat langsung keadaan, yang pasti pertama karena pelecehan, kemudian kedua karena melihat dan menjadi saksi langsung bagaimana terjadinya penembakan," ungkapnya.