Profil Gilbert Lumoindong, Pendeta yang Bela Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi
ERA.id - Belakangan ini publik dihebohkan dengan adanya kontraversi antara Pendeta Gilbert Lumoindong dengan pengacara Kamaruddin Simanjuntak dalam perkara kasus pembunuhan Brigadir Yosua Novriansyah Hutabarat atau Brigadir J.
Pendeta Gilbert awalnya memang mendukung keluarga Brigadir J dalam kasus ini. Bahkan, yang bersangkutan memberikan doa di makam korban di daerah Jambi. Dan berdoa agar kasus ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam perjalannya, Pendeta Gilbert ini malah membela tersangka Putri Candrawathi. Gilbert menuding bahwa Brigadir J melakukan kekerasan seksual terhadap Putri Candrawathi. Tudingan itu pun lantas dibantah tidak benar oleh ayah korban Samuel.
Lalu siapakah Pendeta Gilbert Lumoindong?
Pdt. Gilbert Lumoindong merupakan seorang pendeta asal Indonesia. Gilbert lahir pada 26 Desember 1966.
Saat masih kecil, Gilbert sempat mengalami sakit saraf pada otaknya yang ia derita sampai usia 10 tahun sebelum kemudian ia sembuh dan memutuskan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Pada usia 17 tahun, Gilbert mulai aktif sebagai pengkhotbah di beberapa organisasi pemuda Kristen.Gilbert kemudian kuliah di Lembaga Pendidikan Teologi dan Indonesia dan lulus diploma pada tahun 1990. Ia kemudian melanjutkan studi teologinya di Institut Teologi dan Pendidikan Indonesia.
Gilbert sempat menjadi ketua Gospel Overseas pimpinan John Hartman pada tahun 1993 sampai 1997, dan juga ia sempat menjadi jemaat di Gereja Tiberias Indonesia, sebelum akhirnya ia memisahkan diri dan mendirikan GL Ministry pada tahun 1998.
Ia juga terkenal sebagai salah satu pembawa acara Penyegaran Rohani Agama Kristen di RCTI pada tahun 1992 sampai dengan 1997
Saat ini, ia masih aktif sebagai pengkhotbah baik di stasiun TV maupun radio dan memimpin sekitar 18.000 jemaat yang tergabung dalam GBI Glow Fellowship Centre.
Kontroversi
Pendeta Gilbert sempat diterba dengan isu berita Rizieq Shihab sudah memualafkan Gilbert Lumoindong melalui foto lawas pertemuan pendeta Gilbert dan Rizieq.
Kemudian, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bahwa itu sebagai berita bohong.
Tak hanya itu, dalam catatan, pada tahun 2020, Pendeta Gilbert sempat memicu kontroversi dari kalangan umat Katolik Roma setelah mengeluarkan pernyataan kepada Paus Fransiskus terkait dukungan Paus mengenai serikat sipil untuk homoseksual.