Anies Mesti Ingat Kebijakan Ahok dan Jokowi Setelah Luasan Banjir di Jakarta Berkurang

ERA.id - Keberhasilan pemerintahan era Gubernur Anies Baswedan dalam mengurangi luasan banjir di Jakarta, ditunjang dengan kerja gubernur sebelumnya yakni Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Hal itu disampaikan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna. "Jadi sebenarnya (banjir) berkurang di tahun 2020-2021, karena sudah ada (normalisasi) di Kampung Pulo dan Pintu Air Manggarai dari dua sudah menjadi tiga," kata Yayat dalam diskusi "Refleksi 5 Tahun Anies Baswedan 2017-2022" di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (13/10/2022).

Yayat menyebutkan bahwa paparan Anies kepada publik, banjir semakin terkendali dengan membandingkan banjir besar pada 2013 saat Jakarta dipimpin oleh Jokowi dengan kondisi awal 2020 dan Februari 2021.

"Contohnya seperti di Kawasan Bundaran HI, padahal saat itu hujannya berlangsung ekstrem," katanya.

Yayat menyebutkan Anies menerangkan bahwa curah hujan pada Januari 2013 mencapai 193 mm per hari, sedangkan Januari 2020 melesat hingga 377 mm per hari, serta Februari 2021 sebesar 226 mm per hari.

Hujan deras yang mengguyur saat itu juga merendam 599 RW pada 2013, lalu 390 RW terendam pada 2020 dan 113 RW terkena banjir pada 2021.

"Dengan mengukur kinerja yang seperti ini, itu sebetulnya kinerja berbasis curah hujan. Kalau curah hujan semakin rendah, ya tidak ada banjir," katanya.

Kemudian, lanjut dia, harus ingat bahwa dibanding tahun 2013, jumlah RW yang terdampak cukup besar dan area yang terkena cukup luas karena pada 2013, normalisasi belum dilakukan dan Kampung Pulo belum ditata seperti sekarang.

Setelah normalisasi dalam kurun waktu 2013-2017, menurut Yayat, banjir di tahun 2020 dan 2021 semakin terkendali karena beberapa lokasi yang rawan terjadinya banjir, telah ditata oleh pemerintahan sebelum Anies.

Karenanya, tambah dia, potensi dari efek banjir yang terjadi akan semakin terkendali saat Anies menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

"Jadi dampaknya berpengaruh terkait besarnya potensi banjir, sehingga hasil ini (efek banjir 2021) karena kinerja sebelumnya (normalisasi 2013-2017)," katanya.