Kerusuhan Menyebar di Kota-kota Iran, Ayatollah Khamenei: Ada Provokasi dari Musuh Islam
ERA.id - Pemimpin Agung Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menegaskan ada banyak kekuatan yang hendak memecah belah persatuan di Iran. Hal ini ia sampaikan dalam Konferensi Persatuan Islam Internasional ke-36 di Teheran pada hari Jumat (14/10).
"Mereka mengira bisa mencabut pohon muda Republik Islam Iran. Tapi hari ini, pohon muda ini telah menjadi pohon besar," kata Ayatollah Khamenei dalam pertemuan itu.
Ayatollah Khamenei mengatakan bahwa negara-negara Muslim harus memperkuat persatuan mereka untuk melawan kekuatan yang arogan. Ia juga meminta umat Islam untuk berhati-hati dengan politisi Amerika dan Inggris yang telah memasuki masalah Syiah dan Sunni untuk memecah belas persatuan umat Islam.
"Negara-negara Muslim, melalui persatuan dan melawan godaan musuh, AS, dan Zionis, dapat mencapai posisi tinggi di masa depan dan membentuk geografi politik dunia," kata Ayatollah Khamenei.
Sebelumnya, dalam sambutannya pada hari Rabu (12/10) seperti dikutip dari Fars News, Ayatollah Khamenei menggarisbawahi bahwa kerusuhan yang terjadi di beberapa kota Iran baru-baru ini telah dirancang oleh musuh sebagai reaksi "bodoh dan pasif" terhadap langkah besar dan kemajuan inovatif bangsa Iran.
Ayatollah Khamenei memperingatkan pemerintah untuk tidak membiarkan "insiden kecil" seperti itu mengalihkan perhatian mereka. "Bangsa Iran membuat langkah besar dalam waktu singkat, yang sangat berlawanan dengan kebijakan arogansi global, dan mereka dipaksa untuk bereaksi," katanya sambil merujuk pada AS dan kekuatan Barat lainnya.
Ayatollah Khamenei mengatakan permusuhan terhadap Iran akan terus berlanjut dalam berbagai bentuk selama rakyat Iran mengibarkan bendera Islam. “Satu-satunya solusi adalah berdiri teguh,” tegasnya.
Menanggapi kerusuhan di Iran, Ayatollah Khamenei mengingatkan pihak berwenang untuk membedakan antara tindakan vandalisme kecil dan sumber kerusuhan. “Beberapa dari mereka adalah musuh dan sekutunya, sementara yang lain (hanya) diprovokasi,” katanya. Menurut Ayatollah Khamenei, orang-orang yang diprovokasi tidak perlu dibawa ke pengadilan.
Protes di Iran meletus pasca kematian Mahsa Amini, yang pingsan di kantor polisi dan dinyatakan meninggal beberapa hari kemudian di rumah sakit Teheran pada Jumat (16/9).
Presiden Iran Ebrahim Raeisi memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas kasus tersebut, yang mengarah pada laporan resmi yang diterbitkan pada hari Jumat (7/10). Organisasi Forensik Iran menjelaskan bahwa kematian Mahsa Amini bukan disebabkan oleh pukulan di kepala atau organ-organ vital.
Protes pertama kali muncul di provinsi asal Mahsa Aminin, Kordestan, lalu menyusul di beberapa kota, termasuk ibu kota Teheran. Protes damai berubah menjadi kekerasan setelah beberapa pengunjuk rasa menyerang polisi dan merusak properti publik di beberapa kota.