Komplikasi Penyakit, Orang Utan di Bukttinggi Mati
Seperti dilansir Antara, Meri merupakan orang utan Sumatera (Pongo pygmaeus) dikabarkan mati pada Jumat (10/8) pukul 16.37 WIB, setelah menjalani perawatan medis dari dokter hewan setempat. Meri sudah tinggal di TMSBK sejak didatangkan dari Yogyakarta pada tahun 1996.
"Kondisi kesehatannya sudah menurun sejak satu tahun terakhir. Ketika kami mengecek kondisinya sangat lemah," kata Kepala Bidang TMSBK Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bukittinggi, Ikbal, Sabtu (11/8/2018).
Ikbal menjelaskan, memburuknya kondisi Meri diketahui sejak nafsu makannya yang terus menurun. Terlebih bila kondisi cuaca yang memburuk membuat Meri enggan untuk menghabiskan buah-buahan yang diberikan petugas kebun binatang.
Dengan kondisinya yang terus memburu, pihak TMSBK bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sudah memberikan infus dan alat bantu pernapasan kepada Meri, dengan harapan Meri dapat kembali sembuh dan beraktivitas.
"Ketika mengecek kondisinya, dicoba disentuh dengan kayu. Saat sehat Meri akan balas memegang erat kayu, namun saat sakit kemarin dipegang dengan sangat lemah sehingga kami beri tindakan medis," ujarnya.
Meski begitu, takdir berkata lain, Meri akhirnya menghembuskan nafas terakhir di usia 32 tahun. Meri pun rencananya akan dikuburkan di area Taman Marga Satwa dan Budata Kinantan, setelan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit yang dialami orang utan Meri.
Kini, tinggal seekor Orang Utan jantang bernama Bambam berusia 45 tahun yang berada di Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan, Bukittinggi, Sumbar.