Wali Kota Eri Ngamuk Saat Dapati Pihak RSUD Soewandhie Surabaya Lambat Melayani Pasien
ERA.id - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengamuk saat mendapati pelayanan lambat di RSUD Dr. Soewandhie. Katanya, ini mesti diperbaiki. Bagaimana tidak, warga yang ingin berobat harus mengantre dan antreannya panjang.
"Saya tidak mau tahu, pokoknya tiga hari ini harus sudah selesai (tidak ada antrean)," kata Eri Cahyadi kepada manajemen RSUD Soewandhie saat inspeksi di rumah sakit milik Pemkot Surabaya tersebut, Senin silam.
Cak Eri, panggilan lekatnya, tiba di rumah sakit langsung bertanya kepada dua ibu lanjut usia yang hendak pulang, seusai mendapatkan perawatan di Poli Orthopedi.
"Bagaimana Bu pelayanannya? Apakah lebih cepat atau bagaimana?" kata Cak Eri.
Ibu menjawab, kalau pelayanannya sangat lama. Dia mengantre sejak pagi dan baru dilayani siang harinya.
Mendengar itu, Cak Eri mengajak dua ibu-ibu lanjut usia itu menuju Poli Orthopedi lagi. Di poli tersebut, Cak Eri langsung menanyakan kepada para perawat yang sedang bertugas tentang masalah ibu tersebut.
Cak Eri juga menanyakan televisi yang menunjukkan nomor antrean, karena di poli tersebut tidak ada. Perawat itu pun menjelaskan bahwa yang membuat lama hingga ibu setengah baya itu baru bisa dilayani, karena berkas rekam medisnya baru datang juga.
"Oh, berarti ini perkara rekam medisnya yang lama," kata Cak Eri sembari meminta ajudannya untuk memanggil manajemen RSUD Dr. Soewandhie.
Setelah manajemen datang, Cak Eri menanyakan alasan lamanya rekam medis itu dikirim ke Poli Orthopedi. Mereka pun mengakui bahwa berkas ibu tersebut sempat tidak ketemu di ruang berkas rekam medis.
Cak Eri pun tambah heran dan akhirnya mengajak mereka ke ruang berkas rekam medis. "Ayo, ke ruang rekam medis, saya ingin tahu apa masalahnya," kata Eri dengan nada yang mulai meninggi.
Tiba di ruang berkas rekam medis itu, Cak Eri sempat emosi karena pelayan di tempat tersebut sedikit. Padahal, pasien yang membutuhkan berkas rekam medis sangat banyak.
Selanjutnya, Cak Eri pun memasuki ruangan yang penuh berkas rekam medis itu. Cak Eri tambah emosi, karena berkas-berkas itu seakan kurang tertata.
"Ya, pantas saja lama carinya, wong penataannya begini, tidak teratur seperti ini. Kalian tahu gak, itu ada yang rekam medisnya lebih cepat dikirim lalu dilayani, tapi yang tidak datang-datang rekam medisnya sampai lama tidak dilayani pemeriksaannya. Saya sudah bilang buatlah inovasi, ini wargaku yang kalian suruh nunggu lama, kalian tahu gak?" kata Cak Eri kepada para staf yang bagian mencari rekam medis di ruang tertutup itu.
Cak Eri nampak kecewa dengan para staf itu. Sebab, berkali-kali Cak Eri bertanya seakan tidak menemukan solusi. Rasa kecewa itu pun ditunjukkan dengan membanting berkas rekam medis itu ke lantai.
Sementara itu, Direktur RSUD Dr. Soewandhi dr. Billy Daniel Messakh memastikan, pihaknya akan langsung memperbaiki masalah yang ada dalam manajemennya.
Bahkan, dia juga mengaku sudah menemukan beberapa solusi untuk memperbaiki pelayanan di rumahnya sakitnya itu. "Habis ini kami akan langsung melakukan perbaikan-perbaikan," ujar dia.
Cak Eri banyak minta
Dua hari berselang, Cak Eri langsung meminta pelayanan kesehatan di semua fasilitas kesehatan di Surabaya berubah total.
"Kalau kurang tenaga ya nambah, supaya bisa lebih cepat. Insya Allah kalau ini bisa dilakukan, akan lebih cepat pelayanan pengambilan obatnya," kata, Rabu, setelah peristiwa marahnya itu viral.
Cak Eri memang langsung mengumpulkan jajarannya yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di ruang sidang Wali Kota Surabaya, Balai Kota Surabaya, Selasa (29/11) kemarin.
Cak Eri meminta pelayanan kesehatan yang tidak maksimal harus diubah total menjadi lebih baik demi melayani warga Kota Surabaya.
Cak Eri juga meminta seluruh jajarannya, terutama PJ Sekretaris Daerah Kota Surabaya Erna Purnawati, Asisten 3 Administrasi Umum Febria Rachmanita, Dinas Kesehatan Surabaya, Direktur RSUD Dr. Soewandhie, dan Direktur Bhakti Dharma Husada (BDH) untuk membuat hitung-hitungan tentang pelayanan kesehatan di Surabaya.
Hitung-hitungan itu, di antaranya adalah dokter yang bertugas di masing-masing poli di rumah sakit dan Puskesmas harus berdasarkan pasien yang diperiksa di hari-hari sebelumnya.
"Jadi, dokter di poli itu tidak boleh kurang dari yang sudah direncanakan, sampai poli itu berakhir dan pasien sudah habis. Dokter di IGD hitungannya juga sama, harus sesuai dengan kunjungan pasien. Jumlah dokter di IGD harus sesuai dengan jumlah yang sudah direncanakan, dan dokter itu harus berada di ruangan selama jam pelayanan," kata Cak Eri.
Wali Kota Eri juga meminta berkas rekam medis harus sudah ada di meja setiap poli sebelum poli tersebut buka pelayanan. Sebab, kalau pasien yang daftar melalui daring, pasien itu sudah bisa diketahui sebelumnya, sehingga ada waktu untuk disiapkan sebelumnya. "Saya tidak mau tahu, pokoknya rekam medis itu harus sudah ada di meja poli sebelum poli itu buka," ujar dia.
Selain itu, lanjut dia, tempat pengambilan obat di rumah sakit harus dibuat beberapa tempat pelayanan sesuai jumlah poli, tentu dengan mempertimbangkan jumlah pasien masing-masing poli. Dia juga mau masing-masing ruang tunggu dalam ruangan harus ada AC-nya, bahkan dia tidak mau kalau hanya dipasang kipas angin.
"Sedangkan ruang tunggu pasien yang belum waktunya tapi datang terlebih dahulu, harus diberikan kipas angin agar pasien tersebut lebih nyaman," kata Cak Eri.
Cak Eri pun ingin di apotek tempat pelayanan obat harus lebih cepat. Bahkan, dia menetapkan untuk di Puskesmas, pengambilan obat racikan maksimal 15 menit dan obat jadi bukan racikan maksimal 7 menit. Sedangkan di rumah sakit, obat racikan maksimal 30 menit dan obat jadi bukan racikan maksimal 15 menit.
"Kalau kurang tenaga ya nambah, supaya bisa lebih cepat. Insya Allah kalau ini bisa dilakukan akan lebih cepat pelayanan pengambilan obatnya," ujar dia.
"Kemudian maksimal Senin depan, semua kebijakan itu sudah harus berjalan semuanya," kata dia.