Rupiah yang Masih Terus Loyo
Kata Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada, sentimen mengenai krisis keuangan Turki masih membayangi pasar negara berkembang. Alhasil laju rupiah cenderung tertahan terhadap dolar AS.
"Dampak dari krisis keuangan di Turki masih menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan rupiah ke area positif," katanya, Rabu (15/8/2018) seperti dilansir Antara.
Kendati demikian, depresiasi rupiah relatif terbatas. Pernyataan pemerintah mengenai tren penguatan pertumbuhan masih dapat terus berlanjut serta menargetkan defisit transaksi berjalan dapat diturunkan secara signifikan pada akhir 2018, dapat menjadi sentimen yang menopang pergerakan rupiah.
Kalau kata Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, efek negatif mata uang lira rupiah cenderung sudah mereda. Sejumlah mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS sehingga bisa membantu sentimen penguatan rupiah.
"Pergerakan rupiah juga masih dalam penjagaan Bank Indonesia," katanya.
Sentimen dari dalam negeri relatif positif. Realisasi APBN 2018 tampaknya akan lebih baik. Semester kedua ini realisasi belanja Negara akan lebih agresif dengan potensi serapan bisa mencapai 96-98 persen dari pagu.