Bamsoet Ingatkan soal Bahaya Politik Identitas
"Mari kita jadikan Pemilu 2019 sebagai ajang adu program untuk mempercepat laju pembangunan, agar pada usia 100 tahun kemerdekaan, Indonesia menjadi negara maju, modern, adil dan sejahtera, serta sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia," kata Bamsoet, sapaan akrabnya, dalam pidato sidang tahunan DPR dan DPD di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
"Kita sadar, dunia politik hari ini sudah masuk dalam era digital, era revolusi industri 4.0, di mana salah satu produk populernya adalah media sosial," lanjut dia.
Bamsoet bilang, lewat media sosial demokrasi tumbuh sangat dinamis, sehingga sering kali sulit untuk dikendalikan. Untuk itu, demi menjaga keteduhan politik, diperlukan kearifan dalam memanfaatkan media sosial, terutama terkait dengan isu-isu politik yang berbau SARA dan politik identitas.
(Infografis/era.id)
"Kita harus menjadikan Pemilu sebagai wahana yang mencerahkan. Berbeda tidak berarti berseteru, bersaing tidak berarti bermusuhan. Karena lawan politik bukanlah musuh yang harus dilenyapkan. Kita harus menempatkan persaingan sebagai seleksi demokrasi untuk menemukan pemimpin yang amanah dan dicintai oleh rakyat," tuturnya.
Untuk itu, kata Bamsoet, masyarakat tidak boleh tinggal diam membiarkan politik identitas berkembang, karena hal itu dapat menyulut permusuhan serta mengancam persatuan dan keutuhan bangsa. "Bayangkan, karena berbeda haluan politik, tokoh agama acap kali dihujat. Petinggi partai politik dicaci-maki. Presiden dan lembaga-lembaga negara sebagai simbol kedaulatan negara dilecehkan," imbuhnya.
(Infografis/era.id)
"Fondasi berbangsa digoyang dengan isu SARA. Ditambah lewat strategi politisasi agama yang berakibat menguatnya politik identitas. Akibatnya, kebinekaan kita dalam bahaya. Semua orang cenderung menyatakan diri merasa paling benar," lanjutnya.
Karena hal itu, kata Bambang, kerukunan umat beragama justru dianggap tabu. "Akal sehat dianggap nista. Karena itu, sudah saatnya, kita harus berani mengatakan secara tegas, 'selamat tinggal politik identitas'," tegasnya.