Saling Sindir Edy-Ijeck Bisa Bawa Roda Pemerintahan di Pemprov Sumut Terganggu?
ERA.id - Nada sindiran Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah alias Ijeck saat menutup kegiatan Rapimda Partai Golkar Sumut, Jumat (23/12/2022), menyedot perhatian hingga kini menjadi perbincangan masyarakat.
Ratusan peserta yang hadir meneriaki Ijeck 'gubernur'. Dari podium, Ketua DPD I Partai Golkar Sumut ini kemudian meluruskan teriakan para peserta. "Belum, belum, masih wakil gubernur," kata Ijeck.
Ijeck tak ingin teriakan 'gubernur' itu akan membuat gubernur tambah alergi. Belum diketahui pasti siapa sosok gubernur yang ia sebutkan. Namun yang pasti diketahui, Ijeck merupakan wakil dari Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.
"Nanti gubernur tambah alergi," katanya.
Di beberapa kesempatan yang lalu, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi pernah mengungkapkan secara terang-terang bahwa dirinya disindir oleh pengurus-pengurus di Partai Golkar.
Pengakuan ini disampaikan Edy saat menghadiri peresmian kantor DPD Partai Demokrat Sumut, Jalan Sudirman Medan, Jumat (9/9/2022). "Yang pakai baju kuning ini, orang ini pura-pura, bukan pengusung saya," ungkap Edy.
Edy saat itu juga berusaha rasional. Mantan Pangkostrad ini memaklumi sindiran itu datang dari orang-orang yang masih baru di Partai Golkar. Dia menegaskan bahwa dirinya sudah mengawal Partai Golkar sejak tahun 1987.
"Mungkin gara-gara orang-orang yang baru inilah, yang bully-bully aku ini. Orang-orang yang baru ini yang bully-bully saya ini," ujarnya.
Di kesempatan kedua, Edy kembali bertemu pengurus Partai Golkar saat menghadiri acara Banteng Muda Indonesia (BMI). Mantan Ketua Umum PSSI ini mengaku trauma melihat warna kuning. "Saya agak-agak trauma kalau jumpa kuning," ungkapnya.
Sederet kejadian ini seolah menunjukkan telah terjadi disharmoni terhadap keduanya. Apalagi kalau sampai membawa dampak negatif ke roda pemerintahan.
Pengamat politik, Sakhyan Asmara mengungkapkan bahwa sejauh ini dirinya belum ada melihat terganggunya roda pemerintahan di Sumut akibat dampak konflik terbuka ini.
Dosen S2 dan S3 Universitas Sumatera Utara (USU) ini menilai karena keduanya memiliki kepiawaian dalam menjalankan roda pemerintahan. "Oleh karenanya masyarakat jangan larut dengan sinyalemen adanya perpecahan antara gubernur dengan wakil gubernur. Begitu juga misalnya, partai yang sekarang anggota-anggota Partai Golkar di bawah kepemimpinan Pak Ijeck, juga sebenarnya jangan terlalu eksklusif merespons setiap kali ada pernyataan-pernyataan yang mungkin pernyataan-pernyataan pembina politik," ungkapnya kepada ERA, Rabu (28/12/2022).
Sakhyan mengatakan kedua pihak harus bijaksana menatap pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sumut tahun 2024 mendatang. Alumnus Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) ini mengingatkan, bahwa kompetisi Pilkada Sumut belum dimulai, karena akan terkonsentrasi dahulu pada pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres).
"Roda pemerintahan Sumatera Utara ini masih berputar sebagaimana mestinya. Pengajuan RAPBD sudah dijalankan, RPJMD sudah dilakukan. Begitu wakil gubernur, melakukan tugas dengan bagus dengan baik, dengan adanya kinerja wakil gubernur tidak ada terasa adanya konflik," tukasnya.
Sementara Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar mengungkapkan, meski konflik terbuka ini tidak mempengaruhi roda pemerintahan secara signifikan, tetapi akan memberi dampak buruk pada citra keduanya.
"Karena selama ini mereka dikenal pasangan yang serasi, tiba-tiba ini sudah buka-bukaan menunjukkan ketidakharmonisannya lagi dalam menyelesaikan masa jabatannya," ungkapnya.
Sejauh ini, ungkap Arifin, belum ada yang melihat pengaruh konflik terbuka ini tehadap kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pada Pemprov Sumut. Dekan Fisip UMSU ini menilai hal itu dikarenakan OPD sudah memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing.
"Kalau soal kerja-kerja tupoksi ASN tadi kan kita yakin mereka sudah masing-masing tahu. Walau gubernur disharmoni dengan wakilnya seperti sekarang ini, kalau menurut saya tidak terlalu signifikan mempengaruhi pekerjaannya," terangnya.
"Cuma secara konstelasi politik Sumatera Utara dia menjadi isu menarik. Dia juga menunjukkan bahwa komunikasi politik keduanya sedang tersumbat," sambung Arifin.
Arifin menyarankan agar Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Wagub Sumut Ijeck melihat kembali sejarah keduanya bertemu dan menjadi calon gubernur dan wakil gubernur hingga memenangkan Pilkada Sumut 2018.
Menurutnya, Edy dan Ijeck harus memperbaiki komunikasi politik kedepannya. "Komunikasi politiknya itu harus mereka perbaiki, ini kan jelas ada yang tersumbat di situ. Walaupun mereka di depan publik sering salaman, sering nampak bersamaan, tapi publik juga sudah tahu bahwa di antara keduanya lagi disharmoni, sedang tidak baik-baik," sebutnya.
"Jadi yang perlu dilakukan tadi, komunikasi politik itu. Mereka harus kembali ke sejarah, kenapa mereka bisa bertemu, kenapa mereka bisa jadi pasangan. Harus ingat sejarah lagi," pungkas Arifin.