Nonton Film Terkait Erosi Demokrasi, Anies Singgung Kriminalisasi Lawan Politik

ERA.id - Mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunggah foto kebersamannya dengan putranya Mikail Azizi Baswedan di akun Instagram @aniesbaswedan.

Dalam unggahan itu, Anies dan Mikail terlihat sedang menonton film dokumenter berjudul 'The Edge of Democracy'. Dia pun menyinggung soal erosi demokrasi yang menjadi ide utama film tersebut.

"Dokumenter yang dibuat oleh Petra Costa, sineas perempuan milenial dari Brazil, bercerita tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden," ujar Anies dalam keterangan di unggahannya, Senin (2/1/2023).

Menurut Anies, film dokumenter itu juga mengisahkan upaya penyingkiran terhadap da Silva melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi. Meskipun pada 2021 lalu, hukumannya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Dia lantas menyebut bahwa kejatuhan da Silva dan erosi demokrasi di Brazil telah membuka jalan bagi Jair Bolsonaro.

Adapun da Silva baru-baru ini telah dilantik menjadi presiden setelah mengalahkan Jair Bolsonaro dalam pemilu tahun lalu. Sebagai kepala negara, dia berjanji akan hadirkan kembali program sosial dan hentikan deforestasi.

"Menonton dokumenter ini mengingatkan pada buku How Democracies Die, bahwa ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari," kata Anie.

Pertama, mengganti para pemegang kekuasaan kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo. Anies mengistilahkannya sebagai 'ganti wasit'.

Kedua, menyingkirkan lawan politik dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal. Ketiga, mengubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu mengatakan, bahwa pelemahan demokrasi secara bertahap itu disebabkan oleh shifting baseline syndrome. Artinya, perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk.

"Kondisi yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi, tapi karena perburukannya berlangsung perlahan maka tanpa disadar dianggap kewajaran baru," papar Anies.

Dia lantas mengatakan, dari film dokumenter tersebut, semua pihak dapat belajar bahwa demokrasi tidak boleh dimaknai sebagai sesuatu yang sudah layak dinikmati atau taken for granted. Melaikan harus terus dirawan.

Dia menegaskan, penyimpangan sekecil apapun namun dilakukan secara berkelanjutkan terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar jika dibiarkan.

"Pesan pentingnya, bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," ucap bakal calon presiden dari Partai NasDem itu.

Seperti diketahui, Anies dikabarkan tengah dibindik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan korupsi penyelenggaran Formula E.

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Anies resmi mendapat dukungan dari Partai NasDem untuk diusung sebagai calon presiden.