Fenomena Joki BUMN dan Cerminan Pendidikan Kita
ERA.id - “Mana akhlaknya?” kalau dengar pertanyaan itu, yang terbayang dalam ingatan kita adalah wajah Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang baru-baru ini nyalon jadi Ketua Umum PSSI.
Kalimat tadi begitu melekat dengan Erick, hingga ‘AKHLAK’ jadi core values kementeriannya, yaitu: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Namun, apalah arti slogan itu jika banyak rekrutan BUMN hasil dari curang sana-sini?
Semua berawal dari huru-hara di Twitter akhir pekan lalu. Momogi, seorang peserta tes BUMN melapor ke akun @hrdbacot bahwa ia punya bukti kecurangan joki tes BUMN. “Bisa di-banned gak sih yang curang?” tanyanya ke khalayak Twitter. Di bawahnya ia sodorkan serenteng tangkapan layar grup Whatsapp tes BUMN yang isinya bocoran soal dan kunci jawaban.
Saat kami konfirmasi ke Momo ia dapat info dari mana? Dijawabnya dapat dari grup Telegram. “Awalnya ada akun pakai nama Pembongkar Kejahatan kasih info itu ke akun Meiyin,” ujar Rere, Senin (16/1/2023). “Si Pembongkar ini ada di grup joki BUMN, aku mikir sih dia gak puas sama nilai tes-nya.”
Modus operandi pelaku joki adalah buka kelas privat untuk persiapan tes BUMN. Ia bergerilya menawarkan jasanya di LinkedIn. Status Whatsapp-nya berbunyi: Pilihan tepat untuk jenjang karir anda. Harga kelasnya Rp200 ribu. Belakangan terbongkar bahwa pelaku baru bekerja di Pertamina. Dan untuk menjalankan bisnis culas ini, si joki bekerja sama dengan sekitar lima kaki tangannya sebagai tutor.
Momo berkisah, beberapa orang yang mendaftar kelas privat itu tak tahu menahu di baliknya ada joki tes yang akan membantu mereka mengerjakan soal. Tes rekrutmen BUMN sendiri terbagi jadi empat sesi, mulai dari pagi, siang, hingga sore.
Klien joki tes BUMN yang ikut sesi pertama diminta untuk memotret soal-soalnya dan membagikannya ke para tutor. Mereka lalu mengerjakan soal tadi dan membagikannya ke peserta sesi-sesi berikutnya. “Yang jadi tumbal ya yang ikut tes sesi 1,” ujar Momo.
Hingga hari ini, para peserta tes rekrutmen BUMN Batch 2 masih menunggu hasil Tes Kompetensi Bidang (TKB) tanggal 20 Januari besok. Di masa-masa penantian ini, sialnya mereka harus saling curiga terhadap nama-nama yang lolos tes nanti. Sementara itu, akun-akun terduga pelaku joki dinonaktifkan semua, meski jejak-jejak kejahatannya sudah terlanjur tersebar ke mana-mana.
Yang hilang dari pendidikan kita
Kami ingat pernah mewawancarai sosiolog UIN Jakarta, Dr. Tantan Hermansah, dan ia bilang bahwa ada yang salah dengan pendidikan kita. “Semua sekolah berlomba cari murid-murid cerdas, kalau begitu nanti siapa mau ngurusin yang bodoh-bodoh?” ujarnya suatu ketika.
Padahal, Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim pernah woro-woro kita harus stop mencetak lulusan yang hanya pintar akademis dan mulai mendidik orang-orang yang berintegritas, atau bahasa BUMN-nya: berakhlak.
Senada dengan itu, Presiden Jokowi juga sempat menggembar-gemborkan Revolusi Mental waktu awal-awal menjabat, frasa yang ia pinjam dari gagasan Sukarno: Revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Kampanye itu belakangan kian redup dan hanya mangkrak jadi situs online bikinan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Mimpi pendidikan yang digadang-gadang melahirkan orang-orang berintegritas itu berbanding terbalik dengan lulusan universitas negeri yang nyambi jadi joki tes rekrutmen BUMN. Mirisnya lagi, bukan hanya satu dua orang yang jadi pelanggannya, melainkan puluhan. Bayangkan, puluhan sarjana merasa sah-sah saja menukar ratusan ribu rupiah dengan kunci jawaban dan jaminan lolos tes, dan baru merasa ketar-ketir ketika kasusnya terbongkar.
Jika ditarik ke belakang, benih-benih kecurangan macam itu sudah ditebar sejak usia sekolah lewat normalisasi budaya menyontek di kalangan pelajar. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pernah survei ke 146 pelajar di Jabodetabek pada 2018. Hasilnya, 80 persen responden mengaku ada kecurangan saat Ujian Nasional (UN) dan 60 persen di antaranya mengaku terlibat dalam kecurangan tadi.
Ada berbagai pola kecurangan yang mereka temukan, mulai dari penggunaan media sosial hingga keterlibatan guru dan pihak sekolah, alias ada sebagian guru dan sekolah yang ikut menutup mata dengan kecurangan yang terjadi selama UN. Kemendikbud sendiri melaporkan, pada 2019 yang menjadi tahun pelaksanaan UN terakhir, ada 126 kasus kecurangan yang terkonfirmasi.
Mau tak mau harus diakui, inilah cerminan pendidikan kita sekarang. Orang-orang banyak yang salah menafsirkan konsep belajar Ki Hajar Dewantara: niteni (memperhatikan), nirokke (meniru), dan nemokke (menemukan). Yang harusnya pesan tadi dipakai saat proses belajar dengan cara memperhatikan orang lain, mencoba menirunya, lalu mengembangkan yang baru, justru digunakan pas ujian.
Sementara itu, di sekolah murid-murid lebih sering diajarkan bagaimana cara mendapat nilai yang bagus, bukan bagaimana cara belajar dan memahami sesuatu. Misalnya, pengajaran matematika masih sering fokus ke penggunaan rumus-rumus cepat untuk mengerjakan soal ketimbang berpikir logis dan menyelesaikan persoalan itu sendiri.
Walhasil, kita jadi terpaku kepada hasil akhir dan angka-angka tanpa mau tahu proses di baliknya. Ini jadi bahaya ketika mindset yang terbentuk semata-mata untuk mendapatkan hasil yang bagus, tak peduli bagaimana pun caranya.
Erick Thohir blacklist mereka yang terlibat perjokian
Momo yang masih menunggu hasil tes rekrutmen BUMN berharap adanya keadilan bagi peserta sepertinya yang tak curang. “Kita mikir soal sampe tenaga seharian habis, eh ada yang ngerjain tinggal milih jawaban tanpa mikir,” keluhnya. “Kan beritanya udah sampe Pak Erick, semoga aja mereka yang pake joki kena blacklist atau diskualifikasi.”
Doa Momo dan segenap peserta lain terkabul dalam hitungan hari. Setelah ramai berita tersebar, Erick segera memberi pernyataan tegas, “Saya minta kepada Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi untuk melakukan investigasi secara seksama,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Senin (16/1/2023). “Jika terbukti bersalah, yang bersangkutan akan kami blacklist di BUMN.”
Tedi Bharata, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN yang disinggung Erick segera menindaklanjuti arahan sang atasan. Mereka berhasil mengidentifikasi 39 nama yang tergabung dalam grup joki dan menggugurkan semuanya.
"Bukan hanya digugurkan, namun juga kami blacklist agar ke depannya tidak dapat mengikuti seluruh program lainnya yang dilakukan Kementerian BUMN dan BUMN," pungkas Tedi.
Ia sekaligus menyampaikan kalau Rekrutmen Bersama BUMN (RBB) sudah dilengkapi sistem pengawasan yang dapat mendeteksi kecurangan peserta daring, misalnya ada dua orang di layar, mengambil screenshot, pakai multi tab untuk menyontek, dan aktivitas mencurigakan lain.
Namun toh ada saja joki yang berhasil mengakali sistem tadi. Mereka berhasil mendapat foto soal, membantu mengerjakannya, dan membagikannya ke yang lain. Andai saja tak ada cepu, mungkin semuanya bakal berjalan mulus. Lagi-lagi terbukti, tak ada yang sempurna di dunia. Secanggih-canggihnya sistem selalu ada celah yang bisa dibobol. Dan celah itu hanya bisa ditutupi dengan kejujuran dan integritas, dua hal yang seharusnya sudah tamat kita pelajari sejak lulus SMA.