Namanya Jafro Megawanto, Paraglider Kebanggaan Indonesia

Jakarta, era.id - Indonesia patut berbangga dengan bertambahnya perolehan medali emas di Asian Games 2018. Nama Jafro Megawanto dari cabang olahraga paragliding atau paralayang berhasil mempersembahkan medali emas itu.

Jafro mengantungi nilai total 27, mengalahkan 32 peserta lain yang mengikuti nomor tersebut. Untuk medali perak, diraih oleh Jirasak Wittetham (Thailand), sementara medali perunggu diraih oleh Chulso Lee (Korea Selatan).

Mungkin tak banyak yang mengenal Jafro, namun sebagai rookie olahraga paralayang, pemuda kelahiran Malang, 18 Maret 1996 ini sudah berhasil mengharumkan nama Indonesia.

Di level nasional, Jafro juga perna menyumbang 1 emas untuk Jawa Timur pada PON 2016 di Jawa Barat. Kemudian satu tahun setelahnya, Jafro keluar sebagai yang terbaik dalam Kejuaraan Nasional di Wonogiri. Tahun 2017 pula Jafro Megawanto bertanding pertama kalinya di luar negeri. Tepatnya dalam ajang Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) di Kanada, Jafro berhasil keluar sebagai juara 2. 

 

Namun siapa sangka, perjalanan karier atlet yang kerap melayang-layang di langit Batu, Malang, Jawa Timur itu dimulai sejak Jafro masih berprofesi sebagai tukang lipat parasut atau paraboy. Ketertarikannya pada olahraga ekstrem itu dilakukannya sejak usia 13 tahun.

Selama dua tahun jadi paraboy, Jafro selalu memiliki mimpi untuk bisa melayang dan membentangkan parasut yang kerap dilipatnya itu di udara. Hingga pada akhirnya manajer tim paralayang bernama Yosi Pasha, coba membujuknya untuk bergabung dalam latihan. Tentu saja tawaran itu tidak disia-siakan oleh Jafro. Pada usia 15 tahun, Jafro pertama kalinya menjajal olahraga paralayang.

"Namanya adalah Jafro Megawanto. Ada kata “mega” di sana yang artinya “awan (di langit)”. Kebetulan, saat ini Jafro sering terbang tinggi dan melayang di langit berjumpa dengan gumpalan awan," tulis di laman website Kemenpora.go.id, Kamis (23/8/2018).

Hari demi hari Jafro jalani dengan sepenuh hati. Maklum ia sedang menjemput impian untuk menjadi seorang atlet paralayang. Sampai akhirnya ia lulus ujian lisensi dan berhak mendapatkan PL 1 junior atau semacam SIM bagi pilot paralayang. Namun untuk jadi atlet, lisensi PL 1 saja tak cukup, setidaknya ia masih harus menjalani 40 kali terbang lagi untuk menambah jam terbang dan pengalamannya di udara. 

 

Berbagai rintangan kerap didapati Jafro, bahkan sempat keluar dari mulut orang tuanya agar Jafro berhenti dari latihan paralayang. Alih-alih mengubur mimpi jadi atlet paralayang, Jafro justru semakin giat berlatih. Seperti kata pepatah bahwa usaha tak akan pernah mengkhianati hasil, usaha keras Jafro diganjar berbagai medali kejuaraan. 

“Ya untuk pertama kalinya pasti ngeri. Normal. Tapi lama kelamaan saya menikmati penerbangan dan akhirnya asyik juga,” ungkap Jafro seperti dikutip era.id.

Kini Jafro, jadi salah satu atlet yang ikut menyumbangkan medali emas untuk Indonesia. Ia menjadi bagian tim putra Indonesia yang berhasil meraih emas pada nomor ketepatan mendarat beregu putra yang berlangsung kemarin. Bersama Hening Paradigma, Thomas Widyananto, dan Rony Pratama, Jafro Megaranto sukses mengalahkan Thailand dan Korea Selatan.

Jafro merupakan satu dari sekian banyaknya atlet Indonesia yang telah berhasil mengharumkan bangsa. Tak ada yang tidak mungkin, siapapun bisa berprestasi bahkan seorang tukang lipat parasut pun bisa. 

Tag: asian games 2018