Merasa Dilangkahi, Tuan Rumah Piala Dunia Wanita 2023 Kecewa Arab Saudi Mendadak Jadi Sponsor
ERA.id - Federasi sepak bola Australia dan New Zealand meluapkan kekecewaan kepada FIFA. Dua negara yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Wanita ini merasa dilangkahi terkait Arab Saudi menjadi sponsor.
Kedua negara akan menjadi tuan rumah bersama pameran global dari 20 Juli hingga 20 Agustus dan mengklaim FIFA tidak berkonsultasi dengan mereka tentang sponsor ini.
“Sepak Bola New Zealand telah mengetahui laporan media yang menunjukkan bahwa Visit Saudi, otoritas pariwisata resmi Arab Saudi, akan diumumkan sebagai sponsor resmi Piala Dunia Wanita FIFA 2023, acara olahraga wanita terbesar di dunia,” kata Federasi sepak bola New Zealand, dikutip CNN, Jumat (3/2/2023).
Lalu, pihak mereka mengaku kecewa lantaran FIFA tidak pernah berkonsultasi terlebih dahulu mengenai pemilihan sponsor tersebut. Pihak New Zealand juga mengaku terkejut dengan Visit Saudi yang mendadak menjadi sponsor Piala Dunia Wanita 2023.
“Jika laporan ini terbukti benar, kami terkejut dan kecewa mendengarnya karena Sepak Bola Selandia Baru sama sekali belum dikonsultasikan dengan FIFA mengenai masalah ini,” tegasnya.
Sementara pihak Federasi sepak bola Australia juga turut kecewa atas keputusan FIFA yang dinilai telah melangkahi dan tidak berkonsultasi lebih dulu. Mereka meminta dan telah mengirim surat kepada FIFA untuk klarifikasi kabar tersebut.
“Kami sangat kecewa karena Football Australia tidak diajak berkonsultasi tentang masalah ini sebelum keputusan dibuat. Football Australia dan New Zealand Football telah bersama-sama menyurati FIFA untuk segera mengklarifikasi situasi ini,” kata Federasi sepak bola Australia.
Bereaksi terhadap sponsor potensial, Kepala Kampanye Prioritas dan Individu Berisiko Amnesty International, Felix Jakens, mendesak FIFA untuk berbicara tentang perlunya reformasi hak asasi manusia di Arab Saudi dan tidak hanya mengizinkan turnamen wanita utamanya digunakan untuk pencucian olahraga.
Sportswashing adalah fenomena memperbaiki reputasi yang ternoda melalui olahraga.
“Setelah penandatanganan Cristiano Ronaldo, pembelian Newcastle United, seri golf LIV dan negara yang menjadi tuan rumah berbagai acara olahraga terkenal, penggunaan olahraga Arab Saudi untuk mencoba menutupi catatan hak asasi manusia yang mengerikan sekarang menjadi pola yang sangat mapan,” kata Jaken.
“Wanita di Arab Saudi menghadapi diskriminasi serius dalam pernikahan, perceraian, warisan, dan hak asuh anak, sementara wanita Saudi yang berani berbicara tentang perlunya reformasi di negara tersebut telah menerima hukuman penjara besar-besaran,” tambahnya.
Lebih lanjut, Jaken menekankan Arab Saudi untuk melakukan reformasi hak asasi manusia yang sesuai dengan olahraga dan hiburan. Namun bila tidak, Arab Saudi akan dituduh mengejar agenda pencucian olahraga bila cara ini masih mereka pertahankan.