Jepang Latih Anak SD Jadi Programmer, di Indonesia Bisa?
Saat bertemu dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang, Yoshimasa Hayashi, Mendikbud Muhadjir Effendy memuji langkah brilian negeri matahari terbit itu. Dia langsung berpikir, mungkinkah diterapkan juga di Indonesia?
Namun di masyarakat Indonesia, sudah ada pemahaman supaya anak-anak di usia dini tidak diperkenalkan dengan gawai (gadget). Ini yang sepertinya bakal sulit untuk mencontoh konsep di Jepang.
"Di Indonesia ini masih dilematis, ya, malah ada yang meminta jangan anak-anak dikenalkan gawai sejak dini, dibatasi. Kita harus bicara dulu lah untuk bisa membuat terobosan seperti Jepang," kata Muhadjir di kantornya, Jakarta, Senin (27/8) kemarin dilansir Antara.
Bagi Muhadjir, generasi muda seharusnya sudah dipersiapkan untuk bisa lebih mampu menguasai dan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi sesuai. Dibanding menerapkan larangan tidak memakai gawai, Muhadjir meminta supaya kita lebih bisa menerapkan kekebalan imun dari efek negatif kecanggihan teknologi komunikasi.
"Mestinya kita harus lebih terbuka untuk menyiapkan generasi muda kita terutama di dalam menghadapi ekspansi teknologi komunikasi karena itu tidak mungkin kita membatasi (protect) anak kita, tidak mungkin, yang bagus adalah kita memberikan semacam kekebalan imun terhadap efek negatif dari teknologi komunikasi," jelas Muhadjir.
"Ini memang dilema, karena kalau kita terus memberikan proteksi kepada mereka (anak-anak) sementara mereka mendapatkan peluang kapan saja, kita tidak mungkin (selalu) mengawasi anak-anak kita," tuturnya.
Dia menuturkan Jepang sudah sangat terbuka terhadap kecanggihan teknologi komunikasi sehingga menjadi negara yang maju. Bahkan anak-anak di tingkat sekolah dasar sudah belajar tentang pemrogram. Pengenalan teknologi informatika di Jepang bukan sebagai mata pelajaran, namun jadi bagian dari metode pembelajaran.
"Karena IT (teknologi informasi) itu adalah alat bukan ilmu tapi lebih didekati sebagai alat pembelajaran terutama untuk yang disebut Menteri (Yoshimasa) tentang pelajar aktif belajar (student active learning) yang sebetulnya sekarang kita promosikan," tandasnya.