Menilik Stasiun Cimahi, Saksi Penghisapan Hasil Bumi Priangan Era Belanda

ERA.id - Stasiun Cimahi merupakan salah satu stasiun kereta api bersejarah yang masih berdiri kokoh sejak era kolonialisme Belanda. Stasiun yang berada di Kota Cimahi itu masih berfungsi hingga kini untuk melayani penumpang.

Dulunya, Stasiun Cimahi merupakan bagian dari pembangunan jalur Buitenzorg (Bogor)-Bandoeng-Cicalengka yang mulai digarap sekitar tahun 1879 oleh perusahaan kereta api Negara Staatssporwegen (SS) sepanjang 181 kilometer.

Stasiun Cimahi atau Stasiun Tjimahi kemudian mulai beroperasi tahun 1884 yang dulunya hanyalah sebuah halte kecil. Tujuan pembangunan jaringan kereta api di Priangan adalah untuk kepentingan ekonomi menghubungkan wilayah subur Priangan dengan pelabuhan di Batavia (Jakarta).

Ketika itu hasil bumi seperti karet, kopi hingga kina dihisap sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke Batavia.

Keberadaan jalur kereta api itu sangat penting, sebab ketika itu untuk mengirim hasil bumi dari Priangan cukup memakan waktu jika menggunakan Jalan Raya Pos, sehingga tak jarang barang-barangnya membusuk.

Dengan terhubunhnya jalur kereta api dari Bandung, Cimahi, Cianjur, Sukabumi, Bogor hingga Jakarta, maka hasil bumi bisa diangkut hanya dalam waktu 6-8 jam saja sehingga lebih efisien dan efektif.

"Lewat Jalan Raya terlalu lama sehingga banyak barang busuk. Dengan kereta api dipermudah, semakin cepat sampai pelabuhan di Batavia," ujar Ketua Komunitas Tjimahi Heritage Machmud Mubarok saat dihubungi pada Rabu (15/3/2023).

Mengutip dari laman heritage.kai.id, ada empat kereta api yang berhenti di Stasion Cimahi. Yakni jurusan Bogor-Cicalengka (pp) dan kereta api dari Cianjur menuju Cicalengka (pp).

Pada saat itu kecepatan rata-rata kereta berkisar 25-30 km/jam. Perjalanan dari Bogor ke Cicalengka dapat ditempuh kurang lebih selama 7,5 jam sedangkan Cianjur-Cicalengka sekitar 3,5 jam.

Stasiun Cimahi kemudian diperbesar untuk untuk keperluan militer guna melegitimasi kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda. Apalagi ketika itu mulai dibangun Garnisun di Kota Cimahi.

Keberadaan Stasiun Cimahi dianggap ini sangat strategis untuk memudahkan para tentara KNIL. Apalagi, stasiun tersebut dekat dengan rumah sakit militer (Rumah Sakit Dustira) dan markas-markas tentara KNIL.

"Tentara KNIL yang sakit atau luka-luka di pertempuran, bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit," ucap Machmud.

Terkini, Stasiun Cimahi yang dikelola PT Kereta Api Indonesia sudah mengalami perubahan, meski kesan heritage masih terlihat. Masih ada sisa-sisa sejarah yang hingga kini dilestarikan, meski sudah tidak utuh.

Bangunan bersejarah itu kini sudah ditetapkan menjadi cagar budaya melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota Cimahi Nomor 430/1691-Disbudparpora/2022 Tanggal 10 Mei 2022 Tentang Bangunan Stasiun Kereta Api Cimahi sebagai Bangunan Cagar Budaya Kota Cimahi.