Polemik Penolakan Timnas Israel dan Masa Depan Sepak Bola Indonesia

ERA.id - Secara geografis, Israel berada di wilayah Asia Barat. Namun, dalam urusan sepak bola, Israel bergabung ke Uni Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) sejak tahun 1994 dan bukannya Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Hal ini dikarenakan penolakan dari sejumlah negara Asia atas eksistensi Israel, terutama Indonesia. 

Sejak negara itu dibentuk pada 1948 hingga hari ini, belum pernah sekali pun tim nasional (Timnas) sepak bola Indonesia bertanding dengan Timnas Israel. Indonesia bahkan pernah mengubur mimpi tampil di Piala Dunia 1958 karena menolak bertanding dengan Israel saat kualifikasi.

Kini, Indonesia tampaknya harus berkompromi soal konsistensi penolakannya terhadap Israel, khususnya dalam ranah sepak bola, setelah FIFA menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 dan timnas Israel lolos ke putaran finalnya. 

Keikutsertaan Timnas Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20 2023 sontak saja membuat polemik di Indonesia. Masyarakat terbelah menjadi dua kubu, antara pro dan kontra. Sementara Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mewanti-wanti bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi konsekuensi dari penolakan terhadap Timnas Israel.

Senin (20/3/2023) lalu, massa dari Presidium Alumni (PA) 212, Front Persaudaraan Islam (FPI), dan sejumlah organisasi keagamaan lain berkumpul di sekitar bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat, dan berorasi menolak kedatangan Timnas Israel. 

Demo penolakan Timnas Israel di Patung Kuda. (VOI/Rizky Sulistio)

Penolakan demi penolakan juga datang dari berbagai pihak lain, mulai dari tokoh agama, politikus, hingga pejabat negara. Meskipun banyak juga yang tak mempersoalkan keikutsertaan Timnas Israel dan berusaha memisahkan urusan politik dengan olahraga. 

Siapa saja pihak-pihak yang saling silang pendapat soal masalah tersebut? Ada apa di balik pro-kontra keikutsertaan Timnas Israel? Apa dampaknya terhadap sepak bola Indonesia? Dan bagaimana peluang kesuksesan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 nanti?

Timnas Israel: Antara yang Menolak dan Menerima

Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 berdasarkan rapat Dewan FIFA di China pada 24 Oktober 2019. Namun, pelaksanaannya harus tertunda selama dua tahun karena pandemi COVID-19. 

Piala Dunia U-20 2023 lalu dijadwalkan berlangsung pada 20 Mei - 11 Juni 2023 di Indonesia dan diikuti oleh 24 negara, di antaranya Timnas U-20 Israel yang menjadi finalis Piala Eropa U-19 tahun lalu. 

Namun, lolosnya Israel tidak disambut positif oleh sebagian masyarakat Indonesia. Mereka menyuarakan di media sosial agar pemerintah menolak Israel berkompetisi di Piala Dunia U-20 2023. Salah satu pihak yang kencang menyuarakan pendapat soal itu adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"PKS: Tolak keikutsertaan Israel di Piala Dunia Sepak Bola U-20! Penjajahan si atas dunia harus dihapuskan!" tulis akun Twitter @PKSejahtera, Rabu (8/3/2023).

Bukan hanya itu, Gubernur Bali I Wayan Koster juga menolak kedatangan Timnas Israel untuk berlaga di Bali dalam ajang Piala Dunia U-20 2023. Penolakan tersebut disampaikan dalam surat kepada Menpora yang ditandatangani Koster pada 14 Maret 2023.

“Kami mohon agar Bapak Menteri mengambil kebijakan untuk melarang tim dari negara Israel ikut bertanding di Provinsi Bali,” bunyi surat tersebut. “Kami menyampaikan sudut pandang bahwa kebijakan politik Israel terhadap Palestina yang tidak sesuai dengan kebijakan politik pemerintahan Republik Indonesia.”

Menyusul penolakan itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga menolak kesebelasan Israel berlaga di Indonesia. Sikapnya tersebut diklaim sesuai dengan komitmen Presiden Pertama RI Sukarno untuk kemerdekaan Palestina.

"Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina,” katanya di Semarang, Kamis (23/3/2023). “Jadi ya kita ikut amanat beliau.”

Sebelum ramai penolakan dari berbagai pihak, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainuddin Amali sempat menegaskan bahwa pemerintah memberi dukungan penuh terhadap penyelanggaraan Piala Dunia U-20 2023 dan menjamin keamanan seluruh peserta, termasuk Timnas Israel.

“Pemerintah memberikan dukungan penuh kepada penyelenggaraan, terutama Pak Presiden,” ujar Zainuddin di Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI juga menegaskan bahwa keikutsertaan timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 tidak akan menggoyahkan dukungan Indonesia untuk Palestina.

Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Indonesia. Dalam konferensi persnya, ia mengatakan pihak Palestina memahami posisi Indonesia sebagai tuan rumah yang tunduk pada aturan FIFA. 

“Saya yakin bahwa Palestina juga senantiasa ada di hati bangsa dan pemerintah Indonesia, sehingga Palestina juga akan hadir dalam event yang akan diselenggarakan di Indonesia ini,” ujarnya, Rabu (15/3/2023).

Adapun menurut Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, kedatangan Timnas Israel ke Indonesia tidak ada hubungannya dengan isu agama. Hal ini senada dengan yang disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) Yahya Cholil Tsaquf usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/3/2023).

"Sekarang kalau Israel datang ke sini, apakah Palestina rugi? Enggak juga," ucap Yahya.

Di balik penolakan Timnas Israel dan konsekuensi yang dihadapi Indonesia

Piala Dunia U-20 2023 rencananya akan dilaksanakan di enam kota: Jakarta, Bali, Surabaya, Solo, Bandung, dan Palembang. Sementara dua gubernur dari enam daerah tersebut dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap Timnas Israel, yaitu gubernur Bali dan Jawa Tengah. Keduanya merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Padahal, sebelumnya gubernur Bali telah menandatangani government guarantee pada Februari 2022 untuk Piala Dunia U-20 2023 yang menyatakan setuju dan tunduk pada aturan sebagai tuan rumah. 

Menurut pengamat politik Rocky Gerung dalam siaran Youtube-nya, Senin (27/3/2023), PDIP punya motif tersembunyi dan penolakannya terhadap Timnas Israel berkaitan dengan Pemilu 2024. Ia menduga partai banteng itu ikut menebengi isu tersebut untuk mendongkrak elektabilitasnya.

"Mungkin PDIP berpikir ini saatnya karena kemarin dia terlalu ke kiri, dia mau ke tengah sedikit," ucapnya. "Kita tahu memang ada faksi dalam PDIP yang ingin mengolah suara dari masyarakat muslim."

Tangkapan layar wawancara Rocky Gerung.

Akibat penolakan Timnas Israel dari Gubernur Bali I Wayan Koster, FIFA akhirnya membatalkan drawing Piala Dunia U-20 2023 yang rencananya akan dilakukan di sana pada 31 Maret nanti. Hal ini disampaikan pihak PSSI dalam konferensi persnya di GBK Arena, Minggu (26/3/2023).

“Drawing tidak mungkin dilakukan tanpa keikutsertaan seluruh peserta,” ucap Exco PSSI Arya Sinulingga. “Dengan penolakan tersebut, jadi wajar kalau FIFA melihat akhirnya ini harus dibatalkan. Mengenai kapan waktu drawing dan di mana? Kami masih belum dapat konfirmasi dari FIFA.”

Arya juga menyampaikan kemungkinan FIFA akan memberikan sanksi terhadap Indonesia sehingga tak bisa berkompetisi di kancah sepak bola dunia hingga penghentian liga nasional.

"Saat ini kami sedang memikirkan cara bagaimana sepak bola Indonesia di dunia tidak dikucilkan dalam sebuah ekosistem sepak bola. Dan kita memang tahu ini memang sangat sulit untuk memisahkan antara politik dan olahraga," ujarnya. Hingga kemarin, ia juga belum bisa memastikan kapan drawing akan dilaksanakan dan bertempat di mana. Pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia pun dikhawatirkan tak berjalan sesuai jadwal hingga kemungkinan terburuk akan dibatalkan.

“Soal persentase kegagalan atau keberhasilan, kita belum berani ngomong persentase, karena dengan dibatalkannya drawing kan berarti sudah ada kemunduran dan sebagainya,” ucap Arya. “Jadi Pak Erick sebagai Ketua Umum PSSI akan melakukan pendekatan diplomasi dengan FIFA.”

Lebih lanjut, mantan pengurus PSSI, Yesayas Oktavianus, menyinggung bahwa FIFA telah melayangkan surat pembatalan turnamen di Indonesia dan menunjuk Peru sebagai tuan rumah pengganti Piala Dunia U-20 2023.

"Sebetulnya, pemerintah sudah mendapatkan surat pembatalan itu dari FIFA. Akan tetapi, mereka belum mau muncul untuk memberikan pernyataan kepada rakyat Indonesia,” ujar Yesayas dalam podcast Good Radio Jakarta, Senin (27/3/2023).

“Mungkin pemerintah sedang melakukan lobi-lobi tingkat tinggi di balik ini semua, sehingga mereka butuh sedikit waktu lagi untuk sampai kepada kesimpulan akhir," lanjutnya. "Apakah mereka menerima dan menyerah terhadap keputusan dari FIFA itu atau mereka tetap ngotot Indonesia menjadi tuan rumah."