Say No to 'Antek Asing'
"Indonesia itu merdeka untuk berdaulat bukan untuk jadi antek asing," kata Prabowo saat jadi pembicara dalam acara "Ngobrol Bareng 300 Jenderal dan Para Intelektual" di Jakarta Pusat, Sabtu (22/9/2018).
Prabowo memaparkan pemikirannya sebagai narasumber utama di depan peserta. Pemikirannya tersebut di antaranya mengenai paradoks Indonesia. Menurut dia, ribuan putra-putri terbaik bangsa berkorban jiwa dan raga agar Indonesia enggak lagi dijajah asing.
Purnawirawan Jenderal bintang tiga ini pun menceritakan masa-masa remajanya yang selalu disuguhkan cerita-cerita tentang pahlawan nasional. "Dulu saya dikasih cerita-cerita pengorbanan pahlawan, heroisme dimana-mana, I Gusti Ngurah Rai, Jenderal Sudirman dan yang lainnya masih banyak," katanya.
Mereka berkorban untuk Indonesia. "Tapi setelah pengorbanan mereka itu dilakukan, masa' kita masih jadi antek asing," tambah Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus ini menilai sistem perekonomian Indonesia telah menyimpang dari UUD 1945. "Menyimpang karena kecintaan pada negaranya sendiri sudah mulai luntur," katanya.
Menurut dia, dengan lunturnya nilai-nilai kecintaan pada Tanah Air maka akan berefek pada berbagai aspek termasuk aspek ekonomi. "Kekayaan negara ini bocor karena ada antek-antek asing yang tidak memikirkan nasib bangsa dan negara tapi lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya," tegasnya.
Para pendiri bangsa ini, kata Ketua Umum Partai Gerindra ini, seharusnya dijadikan teladan dalam berbangsa dan bernegara oleh generasi penerus saat ini. Para pendiri bangsa ini sudah begitu kuat mewariskan dan menanamkan nilai-nilai supaya tidak jadi antek asing. Ribuan para pahlawan rela mengorbankan nyawanya agar tidak jadi antek asing.
"Kalau kita sudah meninggalkan kaidah-kaidah fundamental, bagaimana negara mau sejahtera. Para komponen bangsa harusnya punya kecintaan pada negaranya bukan kepada asing," kata Prabowo Subianto.
Nampak hadir, Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandiaga Djoko Santoso, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rachmawati Soekarnoputri.