DPRD DKI Pertimbangkan Gelar Formula E Jakarta Lagi Tahun Depan, Ini Alasannya

ERA.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono menilai gelaran balap mobil listrik Formula E untuk ketiga kalinya pada 2024 patut untuk dipertimbangkan.

Kegiatan ini perlu digelar kembali mengingat ajang Formula E pada tahun 2023 tidak berjalan secara maksimal, ucap Gembong.

"Sekarang sudah dua gelaran dan itu pasti kita evaluasi sebelum bahas APBD 2024," kata Gembong Warsono, saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Menurut Gembong, ada beberapa catatan yang diberikan kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selalu penyelenggara kegiatan tersebut.

Pertama soal jumlah penonton yang kurang maksimal hingga pencarian sponsor yang dianggap masih kurang gereget.

"Seharusnya sebagai penyelenggara harus piawai, dalam arti cari duit. Kalau tidak ya itu tadi, ujungnya rugi," kata dia.

Gembong mengingatkan pada satu sisi, dana sebesar Rp560 miliar sudah dikeluarkan untuk tiga gelaran Formula E yakni tahun 2022, 2023, dan 2024.

Dengan adanya evaluasi tersebut, gembong berharap gelaran Formula E tahun depan bisa lebih maksimal pelaksanaannya.

Sebelumnya, Ketua komisi B DPRD DKI Jakarta, Ismail, menilai ada faktor lain yang mempengaruhi kurang maksimalnya penjualan tiket dan pencarian sponsor.

Salah satunya yakni keterlambatan tanggapan positif masyarakat dan beberapa tokoh terkait penyelenggaraan Formula E.

"Masalahnya adalah komentar positif dari beberapa orang penting tersebut dilontarkan belakangan. Dukungan positif tidak ditunjukkan sejak awal," kata dia saat ditemui di kantornya, Kamis (8/6).

Jika dukungan positif tersebut datang saat proses persiapan ajang Formula E, Ismail yakin pihak penyelenggara akan menerima banyak dukungan moral dan sponsor pun akan berdatangan untuk mendukung kegiatan tersebut.

Dia berharap evaluasi tersebut bisa menjadi jawaban atas permasalahan belum maksimalnya penjualan tiket Formula E.

"Bahwa sekarang masih ada catatan penjualan tiket tidak maksimal atau terkait harga. Saya pikir kalau memang benar itu terjadi kita harus akui, tapi kita juga harus punya jawaban kenapa itu bisa terjadi," tutup Ismail.