Ada Bara di Internal PKB?
Sekjen bukan posisi ecek-ecek di sebuah partai. Dia menjadi motor jalannya roda partai. Apalagi di tahun politik seperti ini, peran seorang sekjen hampir bisa disamakan dengan ketua umum partai.
Tak heran, pergantian mendadak yang dilakukan Muhaimin -- atau pencopotan -- posisi Karding, mendapat sorotan publik. Sulit untuk tidak menduga ada sesuatu yang sedang terjadi di internal PKB.
"Pergantian elit partai termasuk di PKB kemungkinan saja ada masalah di internal. Bisa saja ada perbedaan pandangan antara ketumnya dengan sekjen yang lama. Sehingga sekjen yang lama terpental. Dan diganti dengan yang baru," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mencoba menganalisa kemungkinan di balik pencopotan Karding.
Seperti yang tadi dijelaskan di atas, di sebuah partai, posisi sekjen seringkali sama penting dengan seorang ketua umum. Jadi khusus untuk PKB, pergantian yang sehat posisi sekjen seharusnya ada di level mukmatar.
"Bukan di tengah jalan. Jika pergantian di tengah jalan, kemungkinan ada masalah internal," sindir Ujang.
Muhaimin atau Cak Imin mencoba menepis adanya perpecahan di internal partainya. Cak Imin berkilah pergantian ini supaya Karding fokus pada Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. Apalagi Karding menjabat sebagai wakil ketua dan intens berbicara berbagai rencana kebijakan Jokowi-Ma'ruf kepada publik.
Abdul Kadir Karding yang dicopot dari kursi Sekjen PKB
Padahal posisi waktu ketua di TKN yang lain masih setia dipegang oleh para sekjen. Praktis cuma Karding saja, bukan seorang sekjen, tapi masih duduk sebagai wakil ketua.
Bagi Ujang, Cak Imin bisa saja sedang mencoba menutupi persoalan internal partainya. Tapi 'bau' isu itu sudah keburu kuat terendus. Dan kalau mau bicara rotasi, agak janggal jika Karding 'cuma' diberi Ketua DPP sebagai pengganti kursi sekjen.
"Harusnya Karding ditempatkan di tempat yang lebih tinggi lagi, baik di eksekutif ataupun legislatif. Biasanya mantan sekjen partai itu jatahnya menjadi Menteri," tutup Ujang.