Sudah Musim Kemarau di Indonesia Tapi Masih Terjadi Hujan, Simak Penjelasan BMKG

ERA.id - BMKG memprakiraan periode musim kemarau untuk wilayah Indonesia yang dapat disertai dengan munculnya fenomena El Nino mulai dengan kategori Lemah pada pertengahan tahun 2023. 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan, El Nino merupakan suatu fenomena atmosfer skala global yang dapat berdampak pada pengurangan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia. 

Merujuk pada hasil analisis perkembangan musim terbaru per Dasarian III Juni 2023, dapat diketahui bahwa berdasarkan jumlah ZOM (Zona Musim, yaitu wilayah yang memiliki kesamaan pola musim), sebanyak 60% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yang meliputi sebagian besar Aceh, Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Sumatra Selatan, Bangka Belitung bagian selatan. 

Kemudian, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB,8 NTT, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur bagian selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

"Secara umum Puncak Musim Kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada periode Juli-Agustus 2023 dengan jumlah Zona Musim mencapai 72,53%," kata dia di Jakarta, Rabu (5/7/2023).

Lebih lanjut, kata dia, fenomena El Nino di bulan Juni 2023 masih berada pada kategori Lemah dan diprakirakan dapat meningkat mencapai kategori Moderat sampai Oktober 2023 dengan kecenderungan menurun menuju intensitas Lemah pada Nopember 2023.

Berdasarkan data analisis cuaca dalam tiga hari terakhir dapat diidentifikasi bahwa masih terdapat hujan yang turun di beberapa wilayah, antara lain; Hujan kategori lebat hingga sangat lebat terjadi di sebagian wilayah Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Bali, sedangkan hujan ringan-sedang terjadi di sebagian Aceh, Riau, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah/Timur, Kalimantan Tengah/Selatan/Utara, Sulawesi Selatan/Barat/Tenggara, Gorontalo, Maluku, Papua.

"Perlu dipahami bahwa cuaca dan iklim di wilayah Indonesia itu dipicu oleh berbagai faktor dinamika atmosfer mulai dari skala global hingga regional dan lokal. Hingga awal Juli ini faktor dinamika atmosfer global yang aktif adalah El Nino dengan kategori Lemah," katanya.

Sedangkan berdasarkan analisis terakhir, kata dia, ada beberapa faktor dinamika atmosfer skala regional hingga lokal yang saat ini berperan cukup signifikan dalam memicu peningkatkan pertumbuhan awan hujan sehingga menyebabkan kenapa dalam sepekan ini masih terjadi potensi hujan di beberapa wilayah dan bahkan dalam beberapa hari kedepan masih cukup aktif di wilayah Indonesia. Beberapa faktor dinamika atmosfer tersebut antara lain:

Pertama, adanya aktivitas gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial di sekitar wilayah Indonesia yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.

Keuda, terjadinya pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian utara yang dipicu oleh adanya pola sirkulasi di sekitar Laut China selatan dan utara Sulawesi, kondisi ini dapat turut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan. 

Maka, mencermati perkembangan dinamika atmosfer di atas, potensi hujan intensitas sedang-lebat masih dapat terjadi dalam sepekan kedepan di beberapa wilayah sebagai berikut:

Periode 04 - 06 Juli 2023

- sebagian Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau.

- sebagian Jawa Tengah dan Jawa Timur

- sebagian Bali dan Nusa Tenggara

- sebagian Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur

- sebagian Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan

Periode 07 - 10 Juli 2023

- sebagian Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Lampung

- sebagian Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur

- sebagian Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur

- sebagian Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara

- sebagian Maluku, Papua Barat, Papua

Terkait hal tersebut, BMKG mengimbau kepada warga masyarakat terdampak terutama di wilayah yang masuk wilayah bahaya untuk meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan upaya mitigasi terhadap potensi hujan lebat hingga sangat lebat di sekitarnya.