Mantan Napi Terorisme Bom Bali Umar Patek: Merdeka Adalah Melepas Semua Pemikiran Kekerasan
ERA.id - Mantan narapidana terorisme yang terlibat pada kasus Bom Bali 1, Umar Patek mengatakan kemerdekaan sebaiknya dimaknai dengan komitmen untuk merdeka dari semua pemikiran radikalisme dan ekstremisme yang berbasis kekerasan.
“(Merdeka) melepas semua pemikiran kekerasan, dan berbalik untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia yang damai,” kata Umar di Surabaya, Rabu sebagaimana dikutip dari siaran pers Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI diterima di Jakarta dikutip dari Antara, Rabu (16/8/2023).
Cara melepaskan diri dari ideologi kekerasan tersebut, kata Umar, adalah dengan mengisi kegiatan positif dan menyaring informasi yang mengarah kepada hal-hal negatif. Ia pun mengajak masyarakat meninggalkan pemikiran ekstrem dan kembali ke pangkuan NKRI.
Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 RI menjadi spesial bagi Umar karena ia bersyukur bisa merasakan euforia kemerdekaan bersama masyarakat, setelah bebas bersyarat dari Lapas Kelas 1 Surabaya pada 7 Desember 2022.
Umar turut aktif dalam kegiatan perlombaan perayaan HUT RI di lingkungan rumahnya. Meski dikenal sebagai mantan narapidana teroris dan buronan kelas dunia, Umar mengaku tidak malu atau canggung untuk berbaur dengan masyarakat sekitar.
“Bersyukur bisa bersosialisasi, duduk sama rata sama rendah bersama warga mengikuti aktivitas itu,” kata dia.
Bagi Umar, kesalahan masa lalu merupakan bagian dari hidupnya. Ia mengaku saat ini fokus menata kembali kehidupannya dan masa depan yang lebih bermanfaat.
Lebih lanjut, Umar mengatakan momentum kemerdekaan RI adalah hal yang sakral. Pasalnya, para pahlawan telah berkorban untuk mengusir penjajah demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, Umar mengajak masyarakat untuk mengenang jasa para pahlawan dan mengisi momentum hari kemerdekaan ini dengan hal yang positif.
“Sebagai generasi muda, harus mengisi dengan sesuatu yang positif karena sebesar apa pun yang kita berikan untuk negara, itu masih sangat jauh, lebih kecil dari yang kita berikan ketimbang jasa dari pahlawan kita,” ucapnya.
Dia pun mengaku terharu mengenang dirinya melakukan ikrar NKRI dan menjadi petugas upacara di Lapas Kelas 1 Surabaya di Porong, Sidoarjo. Ia merasa bersyukur bisa bertransformasi ke arah yang lebih baik dan menjadi inspirasi bagi narapidana terorisme (napiter) lain.
“Alhamdulillah para napiter mengikuti jejak langkah saya. Kemarin dapat kabar di Lapas Sukabumi, tiga orang napiter menjadi pengibar bendera (17 Agustus) dan dari beberapa lapas lain,” imbuhnya.